MAGETAN - Petani sayur di lereng Gunung Lawu, khususnya di Desa Plumpung, memang dikenal dengan sejumlah produk unggulan seperti kubis, bunga kol, daun bawang, dan bawang merah.
Namun, Agus Yulianto, Ketua Kelompok Tani Maju, menegaskan bahwa kondisi fluktuasi harga sayur telah menjadi tantangan tersendiri bagi para petani.
"Kalau untuk penghasilan itu relatif tergantung harga pasar, kalau harga pasarnya baik penghasilan juga lumayan tapi kalau harganya kurang baik kita masih bisa lah sekedar bertahan hidup gitu aja," ungkap Agus.
Berdasarkan pengalamannya, meskipun petani memilih fokus menanam sayur karena iklim di daerahnya mendukung, mereka tetap dihadapkan pada banyak tantangan.
Baca Juga : Inovatif! Polisi di Lumajang Raih Puluhan Juta dari Kebun Hidroponik
Agus juga mengingatkan bahwa kendala lain dalam pertanian, seperti serangan hama dan cara mengolah lahan yang tepat, turut memengaruhi hasil panen dan harga jual sayur yang tidak stabil.
Dia menekankan pentingnya solusi cerdas bagi petani hortikultura dalam menghadapi masalah ini.
"Harapan saya untuk pemerintah, kalau bisa harga sayur itu ada acuannya. Jadi petani itu ketika ada harga acuannya, kita sebagai petani milenial itu juga semangat, bukan seperti ini ketika harga hancur pemerintah diam saja." ujar Agus
Baca Juga : Panen Raya, Harga Cabai di Probolinggo Anjlok: Petani Alami Kerugian Besar
Dengan adanya acuan harga yang jelas, petani yakin akan lebih bersemangat untuk bertani. (Aikal Udha/Dhelfia Ayu)
Editor : Iwan Iwe