MALANG - Di depan Gate 13 Stadion Kanjuruhan, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, keluarga korban tragedi Kanjuruhan dan manajemen Arema mengadakan doa bersama untuk mengenang 135 korban jiwa yang gugur dalam Tragedi Stadion Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022.
Meski diguyur hujan, acara yang berlangsung pada Selasa, (2/10/2024) tetap berlangsung khidmat, dengan dukungan perlengkapan yang telah disediakan oleh pihak Waskita Karya.
Seorang ustadz turut dihadirkan untuk memberikan tausiyah kepada keluarga korban, menyampaikan pesan agar tetap menjalani hidup meski harus kehilangan orang tercinta.
Kehadiran para keluarga dan kerabat yang bahkan berasal dari luar kota, menjadi simbol solidaritas dan dukungan yang terus mengalir hingga kini.
Baca Juga : Doa Bersama Gate 13 Tragedi Kanjuruhan
Selain keluarga korban, hadir pula presidium Arema Utas dan jajaran manajemen Arema yang bersimpuh di depan Pintu 13, menggelar doa bersama bagi seluruh arwah korban.
Acara ini juga diikuti oleh seluruh kapolsek dan perwakilan dari Polres Malang yang hadir tanpa mengenakan seragam kepolisian, untuk menghindari trauma yang masih dirasakan oleh keluarga korban.
Cholifatun Nur, salah satu keluarga korban, menyampaikan bahwa olahraga sepakbola kini menjadi hal yang paling ia benci, mengingat kematian anaknya yang terjadi dalam tragedi tersebut.
Baca Juga : Dua Tahun Tragedi Kanjuruhan, Gate 13 Jadi Saksi Doa dan Harapan Keadilan
"Kalo sepak bola saya bukan trauma, tapi sudah benci." ungkapnya.
Cholifatun juga mengunkapkan bahwa proses penyembuhan dirinya setelah tragedi tersebut yaitu penguatan akal yang berasal dari dirinya sendiri, mengingat masih ada keluarga yang masih perlu diurus, membuatnya harus tetap semngat menjalani hidup.
"Saya selalu inget anak, keluarga, jadi trauma healingnya ya dari diri sendiri." tambahnya.
Baca Juga : Polres Malang Gelar Doa Bersama untuk Keluarga Korban Kanjuruhan pada Peringatan 2 Tahun Tragedi
Cholifatun juga mengungkapkan harapannya agar keadilan masih berpihak kepada keluarga korban Kanjuruhan. Hingga saat ini, ia merasa keadilan masih menggantung dan penuh dengan ketidakadilan.
Dua tahun berlalu, tragedi Kanjuruhan tetap menjadi luka mendalam bagi banyak pihak. Doa dan dukungan keluarga korban yang terus berlanjut menjadi pengingat akan pentingnya keadilan dan tanggung jawab terhadap tragedi ini.
Semoga peringatan ini tidak hanya menjadi momen untuk mengenang, tetapi juga untuk memperjuangkan keadilan yang selama ini masih dicari. (Khaerul Anwar/Selvina Apriyanti)
Baca Juga : Doa Bersama Polda Jatim, Kang Irwan : Ikhtiar agar Pilkada Aman dan Damai
Editor : Iwan Iwe