KOTA BATUA - Rangkaian hari kedua Indonesia Creative Cities Festival ICCF 2025 di Kota Batu diwarnai dengan pelaksanaan City Agro Kreatif Tour, Jumat (7/11/2025). Rombongan peserta dari berbagai daerah yang tergabung dalam Indonesia Creative Cities Network ICCN diajak menelusuri lanskap kehidupan agraris dan kreativitas kuliner yang menjadi identitas Kota Batu. Mereka terdiri dari penggerak komunitas, pelaku UMKM, pegiat seni budaya, hingga perancang kebijakan sektor ekonomi kreatif.


Kegiatan dimulai dengan kunjungan ke kebun petik apel yang dikelola oleh koperasi setempat. Di lokasi ini, para peserta tidak hanya menikmati pengalaman memetik apel, namun juga mendalami bagaimana koperasi menjadi pilar penting dalam menjaga kesejahteraan petani. Praktik kolektif yang terbangun menunjukkan bahwa Kota Batu membangun sektor agro wisata dengan tetap menempatkan masyarakat sebagai pusat dalam sistem produksi dan distribusi.
Baca Juga : Cek Harga Bapok di Pasar Among Tani Batu, Gubernur Khofifah: Stok Aman
Perjalanan kemudian berlanjut ke sentra industri sari apel serta kawasan kampung produksi keripik tempe. Di sini, peserta menyaksikan proses pengolahan hasil pertanian menjadi produk bernilai ekonomi tinggi. Kampung tempe yang dikunjungi tengah dalam proses pengajuan sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia, menegaskan bahwa tempe bukan sekadar kuliner, tetapi bagian dari pengetahuan pangan Nusantara yang terus diwariskan.
Destinasi berikutnya adalah Pasar Induk Among Tani, ruang bertemunya petani, produsen, pedagang, dan konsumen dalam satu sirkulasi ekonomi yang saling terhubung. Para peserta mengamati bagaimana pasar tidak hanya menjadi tempat transaksi, tetapi juga ruang interaksi budaya, jejaring solidaritas, dan keberlanjutan rantai pangan daerah.


Rangkaian tur ditutup di Prasasti Sangguran, situs peninggalan sejarah yang menegaskan akar agraris Batu dan Malang Raya sejak masa lampau. Situs ini menjadi simbol bahwa hubungan masyarakat dengan alam dan pangan telah mengakar kuat selama berabad-abad dan tetap hidup hingga hari ini.
Ketua Umum ICCN, Tubagus Fiki C. Satari, menyampaikan bahwa City Agro Kreatif Tour merupakan cara untuk menunjukkan identitas kota secara langsung melalui pelaku dan ruang aktivitasnya.
“Festival ini bukan hanya tentang pertemuan, tetapi tentang menyaksikan hidupnya kreativitas di tengah masyarakat. Batu menunjukkan bahwa komunitas lokal sudah bekerja bersama dalam satu visi. Inilah bentuk keberlanjutan yang nyata,” ujarnya.
Ia menilai bahwa Kota Batu telah memiliki fondasi kuat untuk berkembang sebagai kota gastronomi. Namun, proses menuju pengakuan internasional seperti UNESCO Creative Cities Network membutuhkan narasi bersama dan dukungan lintas pemangku kepentingan.
“Yang paling penting bukan gelarnya, tetapi manfaat bagi warga. Jika praktik dan tradisi pangan yang ada mampu meningkatkan kesejahteraan dan menumbuhkan kebanggaan sosial, maka Kota Batu telah menjadi kota gastronomi sesungguhnya,” lanjut Tubagus Fiki.
City Agro Kreatif Tour menjadi pembuktian bahwa kreativitas tumbuh dari kehidupan sehari-hari, dari kebun, dapur, pasar, dan ruang budaya, bukan hanya dari panggung festival. (rafli)
Editor : JTV Malang



















