TULUNGAGUNG - Budidaya lobster air tawar mulai dilirik warga Tulungagung sebagai peluang ekonomi baru. Komoditas ini dinilai lebih mudah dirawat dan memiliki nilai jual yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan budidaya ikan konsumsi atau ikan hias.
Keunggulan utama dari budidaya lobster air tawar terletak pada biaya pemeliharaan yang lebih rendah dan permintaan pasar yang terus meningkat, sementara jumlah pembudidayanya masih terbatas. Hal ini membuka peluang besar bagi warga yang ingin mencoba usaha di sektor perikanan.
Salah satu pelaku usaha yang telah membuktikan kesuksesan budidaya lobster air tawar adalah Budi Tri Satyo, warga Desa Doroampel, Kecamatan Sumbergempol. Awalnya, Budi membudidayakan gurami dan lele, namun sering mengalami kerugian akibat harga jual yang tidak stabil dan biaya pakan yang tinggi.
"Sebelumnya saya membudidayakan ikan gurami dan lele, namun beralih ke lobster air tawar setelah mengalami kerugian akibat harga ikan yang jatuh dan biaya pakan yang tinggi," ujar Budi.
Budi merintis usahanya sejak tahun 2021 dengan modal 400 ekor benih. Meski sempat mengalami kendala dengan kematian sebagian benih, ia tetap melanjutkan karena lobster dinilai cepat berkembang biak dan memiliki keunggulan dari segi pakan.
"Limbah seperti ikan atau ayam mati, serta sisa makanan dapur dapat dimanfaatkan untuk pakan, sehingga biaya produksi jauh lebih hemat," tambahnya.
Setelah enam hingga delapan bulan dipelihara, lobster air tawar sudah mencapai ukuran pasar dengan harga jual yang menarik, yaitu antara Rp 150.000 hingga Rp 200.000 per kilogram.
Kini, usaha Budi telah berkembang dengan memiliki empat mitra utama dan sejumlah pembudidaya kecil. Namun, produksi mereka masih belum mampu memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat.
"Potensi pengembangan lobster air tawar sangat besar, terutama di wilayah pedesaan yang memiliki banyak kolam menganggur," pungkas Budi.
Peluang budidaya lobster air tawar ini diharapkan dapat menjadi solusi baru untuk menggerakkan perekonomian masyarakat, khususnya di daerah pedesaan di Tulungagung, sekaligus memanfaatkan lahan yang selama ini tidak produktif. (Agus Bondan-Beny Setiawan)
Editor : JTV Kediri



















