SURABAYA - Kondisi perpolitikan di Indonesia mendapat perhatian dari Anas Urbaningrum, mantan Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI periode 2003-2008.
Menurut Anas, hingga saat ini belum ada partai politik kuat di Indonesia. Partai politik di Indonesia hanya bisa dikategorikan sebagai Parpol besar, menengah dan kecil sesuai peristiwa politik yang ada dengan basis elektoral.
"Parpol kuat belum ada di Indonesia, parpol baru terkategori sebagai besar, menengah dan kecil terkait momen politik yang terjadi. Jadi bila pendekatan komprehensif yang berbasis ideal, partai kuat masih belum muncul," kata Anas Urbaningrum saat menjadi narasumber tamu dalam kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Airlangga, Senin (14/10/2024).
Anas memberikan contoh kondisi sekarang di Indonesia yang terdapat partai besar menengah kecil tetapi ukuran prestasi dilihat dari elektoral hasil pemilu perolehan suara atau kursi. Bahkan, menurut Anas, partai yang dengan pendekatan komprehensif sebetulnya belum ada Parpol yang dikatakan riil kuat.
"Partai yang kuat partai yang sanggup menunaikan tugas atau fungsi dengan baik. Kritik umum di Indonesia partai itu sangat hadir. Sangat hadir di dalam fungsi rekrutmen politik dan itu terwakili dalam pilpres, pileg, pilkada. Fungsi lain tipis-tipis kalau mau jadi partai kuat seluruh fungsi itu dapat ditunaikan dengan baik," jelas pria yang pernah menjadi Ketum PB HMI 1997-1999.
Kedatangan Anas Urbaningrum di ruang Adi Sukadana Fisip Unair disambut mahasiswa. Kepada Mahasiswa, Anas mengingatkan untuk tetap membaca buku agar lebih berkualitas. Selain itu, Anas mengajak mahasiswa mempunyai semangat belajar dan tetap terjaga mengikuti perkembangan keadaan eksternal kampus.
"Jadi di internal kampus harus makin rajin belajar memperkaya ilmu tetapi tidak boleh lupa perkembangan luar kampus," pesan pria yang pernah mengenyam pendidikan S1 di Fisip Unair ini.
Usai memberikan kuliah umum di Fisip Unair, Anas Urbaningrum melanjutkan kegiatannya dengan keynote speaker di acara Pelantikan HMI Cabang Bojonegoro. Usai dari Bojonegoro, Anas menuju Tuban dengan menghadiri dua agenda sekaligus yakni pertemuan pengurus PPI se Jawa Timur dan diskusi bersama MD Kahmi Gresik.
Usai dari Tuban, Anas Urbaningrum kembali ke Surabaya untuk menghadiri pertemuan bersama HMI Fisip Unair dan MW Kahmi Jatim.
Secara khusus, bagi Anas selama ini mahasiswa mengalami penurunan dalam hal kritik terhadap penguasa bahkan kurang mengikuti perkembangan di luar kampus. Diharapkan mahasiswa terus terlibat mengikuti perkembangan luar kampus.
"Ya kritik umum begitu realita umumnya kurang mengikuti perkembangan di luar kampus. Sekarang waktunya mahasiswa untuk terus terlibat mengikuti perkembangan luar kampus intinya adalah pemimpin Indonesia siapapun sebaik apapun sehebat apapun visinya seidealisnya tidak boleh diberikan "cek kosong" harus tetap diawasi harus tetap diingatkan harus tetap diberikan pikiran kritis dan banding biar berjalan dengan baik menuju cita-cita republik," tegasnya.
Sementara itu, dalam kuliah umum tersebut ada pertanyaan dari salah satu mahasiswa yang membandingkan relevansi antara organisasi mahasiswa yang diikuti Anas yakni HMI dengan partai politik.
Anas pun menjawab jika semua organisasi mahasiswa tidak semua dapat membangun sistem, kompetisi, konflik dan konsensus.
"Maka aktif dipolitik tapi tidak punya soft skill dalam mengelola partai ya kosong. Apalagi tidak bisa berdebat. Ketika berdebat keras berbeda pendapat hasilnya pasti mutung. Maka organisasi mahasiswa juga harus membangun sistem, kompetisi, konflik dan konsensus," pungkasnya.(*)
Editor : M Fakhrurrozi