JAKARTA - Larangan laga tanpa penonton di Liga 1 menunjukkan tata kelola sepak bola Indonesia belum optimal sebagai industri olahraga.
Hal ini disampaikan Uden Kusuma Wijaya, Ketua Pusat Studi Strategis Diplomasi dan Industri Olahraga di Universitas Indonesia.
Menurut Uden, kehadiran suporter adalah aspek penting dalam membangun ekosistem industri sepak bola.
“Suporter, broadcaster, dan sponsor berperan saling terkait dalam membentuk industri sepak bola,” ujarnya.
Ia menegaskan, tanpa penonton, terdapat masalah dalam tata kelola kompetisi yang perlu segera dibenahi. Mantan Ketua Asprov PSSI DKI Jakarta ini melihat tantangan serius dalam mewujudkan ekosistem olahraga berkelanjutan.
Uden juga menyoroti masalah klub yang belum mampu melunasi gaji pemain, menandakan bisnis sepak bola belum solid.
“Pemasukan klub terbatas karena ekosistem bisnisnya tidak terbentuk baik," ucapnya.
Ia menyebut, industri olahraga Indonesia memiliki potensi besar untuk menyumbang penerimaan negara dengan penduduk lebih dari 280 juta jiwa.
“Jika dikelola baik, industri ini bisa menambah PDB negara dan mendorong pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.
Potensi tersebut tidak hanya ada di sepak bola, namun juga di berbagai cabang olahraga lainnya yang belum tergarap maksimal. Menurut Uden, terobosan inovatif diperlukan untuk mengembangkan potensi industri olahraga secara menyeluruh.
Industri olahraga yang baik juga berkontribusi pada prestasi nasional dan masa depan atlet yang lebih terjamin. Uden menyoroti, banyak mantan atlet nasional kini hidup kesulitan akibat kurangnya dukungan industri.
Mantan atlet berjasa yang kesulitan secara finansial menunjukkan pentingnya reformasi industri olahraga.
“Hal ini tak boleh terjadi lagi jika industri olahraga mampu dikelola lebih baik,” katanya. (*)
Editor : M Fakhrurrozi