SURABAYA - Prof. Dr. Dwi Cahyo Kartiko, yang dulunya dikenal sebagai wasit basket, kini menjadi salah satu guru besar yang mengundang perhatian dalam acara pengukuhan guru besar di Universitas Negeri Surabaya (UNESA) pada Selasa siang kemarin.
Dwi Cahyo, yang pernah meraih gelar Wasit Terbaik IBL pada tahun 2003, kini berkomitmen untuk membagikan ilmunya dalam bidang pembelajaran bola basket.
Dalam acara pengukuhan tersebut, UNESA mengukuhkan sembilan guru besar, di mana Dwi Cahyo menjabat sebagai Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan.
Akademisi kelahiran 8 Oktober 1974 ini mengawali karirnya sebagai wasit bola basket pada tahun 1997, dan pada tahun 2003, ia menjadi wasit internasional di Malaysia.
Bekal kecintaannya di dunia bola basket serta integritasnya selama menjadi wasit membuahkan hasil yang manis, hingga berhasil meraih jabatan fungsional tertinggi di perguruan tinggi.
Dalam pidato guru besar berjudul "Revitalisasi Pedagogi dan Esklasi Kompetensi Bola Basket di Indonesia: Integrasi Functional Strength Training Atlet Muda," Dwi Cahyo menekankan pentingnya metode pembelajaran inovatif untuk atlet basket muda di sekolah-sekolah.
Ia menjelaskan, “Yang kita bahas tadi tentang FST (Functional Strength Training) itu nanti ada ambab, imam, dan portaim, tiga hal yang harus dilakukan untuk pembelajaran. Kemudian ada daily training, kita latihan terus setiap hari agar semua itu termonitor dengan baik. Ini untuk pembelajaran atlet muda, dan bukan ranahnya klub-klub atau pemain profesional.”
Rektor UNESA, Prof. Dr. Nur Hasan, juga mengungkapkan rasa senangnya dengan hadirnya guru besar baru.
“Harapannya, melalui guru besar bisa menjadi kekuatan untuk memberikan inspirasi dan motivasi pada mahasiswa atau bahkan pada dosen-dosen muda agar kita bisa menyiapkan generasi-generasi muda berpotensi yang unggul dan mampu mengimplementasikan di era global.”
Usai dikukuhkan, Prof. Dr. Cahyo berharap untuk terus memberikan kontribusinya di dunia olahraga, khususnya bola basket, dan berkomitmen untuk memajukan olahraga di Indonesia. (Nanda Andrianta/Dhelfia Ayu)
Editor : Iwan Iwe