Saat ini, pandangan kita terhadap pemerintah begitu buruk. Semua kebijakan dan public statement yang dikeluarkan terasa seperti asbun (asal bunyi) dan asal jadi.
Fenomena ini terjadi karena orang-orang dalam pemerintahan tidak dipilih berdasarkan kompetensinya (meritokrasi) melainkan dari orang-orang terdekat dan rekomendasi partai.
Jikalau orang yang direkomendasikan partai adalah orang kompeten sesuai dengan bidang dan jabatan yang diemban, maka semua pernyataan publik yang dikeluarkan akan terasa berbobot.
Bagaimana jadinya jika orang-orang dalam pemerintahan yang kuno, asbun, dan tidak tau malu itu digantikan oleh anak-anak yang polos, baik hatinya, memiliki idealisme yang tinggi, kompeten, dan mampu terbuka dengan kritik.
Baca Juga : 5 Tahun Tak Libatkan Pengusaha Lokal, Mahali Kecewa Kepemimpinan Gus Ipul
Sebuah dunia utopia yang diinginkan oleh rakyat kita. Namun, pada kenyataannya, kita semua tahu hal itu tidak akan terjadi.
Korupsi, budaya feodal yang jelek, dan lemahnya integritas adalah penyakit yang dimiliki oleh bangsa kita. Untuk mencapai rakyat yang sejahtera, kita harus menghilangkan semua penyakit itu agar negara ini bisa mencapai kesembuhannya.
Para tikus itu tidak malu ketika mereka disumpah dengan kitab suci (saat dilantik) dan setelahnya (ketika menjabat). Mereka merampok uang rakyat dengan mudahnya seperti tidak merasa bersalah sedikitpun.
Contohnya seperti kasus Oplosan Pertamax kemarin yang sempat menghebohkan warga dan bahkan viral hingga ke mana-mana. Kasus tersebut adalah bukti bahwa pemerintah tidak menerapkan kepastian hukum yang baik dalam memberantas korupsi.
Satu contoh lagi ketika Pak Prabowo mengatakan “ndasmu” sebagai reaksi dari kritik kabinetnya yang dianggap jumbo (bukan film animasi yang sedang laris itu). Para pendukungnya tertawa terbahak-bahak ketika mendengar celetukan tersebut.
Puncaknya adalah ketika beliau mengatakan "HIDUP JOKOWI!", sontak teriakan itu dijadikan meme dan bahan tertawaan yang hingga kini membanjiri timeline sosial media kita.
Bagaimana tidak, seorang presiden yang saat ini menjabat malah berterima kasih kepada “seniornya”, bukan kepada rakyat yang telah memilihnya dengan hanya modal “omon-omon” dan joget oke gas.
Pemerintah harus mengalami regenerasi. Jangan orang-orang itu lagi yang berkuasa, biarkanlah anak muda menguasai panggung politik dengan idealisme dan pertarungan gagasan.
Lenyapkanlah semua konflik kepentingan dan cara-cara curang untuk menggapai kekuasaan. Buatlah undang-undang yang memihak kepada rakyat, bukan untuk mencekik bahkan membunuhnya. Karena sejatinya dalam negara demokrasi, rakyat adalah tuan dan pemerintah republik adalah pelayannya.
Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah salah satu kalimat yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945.
Dari kalimat itu saja kita, sudah bisa mengetahui bahwa para founding fathers kita menginginkan Indonesia menjadi negara yang maju dalam segi pendidikannya karena pemerintahnya peduli terhadap aspek pendidikan.
Indonesia Emas 2045 adalah momen di mana republik ini akan berulang tahun yang keseratus. Sudah satu abad Indonesia berdiri apakah masih ada “rezim kacau” yang bercokol di negeri ini demi keuntungan pribadi dan sanak famili? Tidak ada yang tahu pasti bagaimana jawaban dari pertanyaan ini.
Generasi muda adalah pemegang masa depan. Saat ini Gen Z sedang dihina, di-bully, bahkan direndahkan oleh para orang tua generasi atas yang tidak tahu malu.
Mereka tidak mengetahui bahwa dahulu mereka juga melakukan hal yang sama ketika masih muda. Tetapi karena waktu itu belum ada sosial media, kelakuan mereka jadi jarang terekspos oleh dunia luar.
Ketika kita (Gen-Z) masuk dalam dunia pemerintahan dan birokrasi. Berpihaklah pada rakyat, singkirkan semua cara-cara haram yang tidak perlu, junjung tinggi integritas, perkuat kepastian hukum, dan membangun kultur masyarakat yang modern agar tidak tertinggal oleh negara-negara lainnya.
Para orang tua itu sudah seharusnya digantikan oleh kita. Mereka hanya tinggal duduk santai di rumah, bermain dengan cucu, atau menjalani sisa-sisa hidup dengan mendekatkan diri kepada Tuhan.
Mereka sudah tidak seharusnya memegang kekuasaan, berbuat seenaknya, merugikan rakyat, menguntungkan diri dan sanak famili.
Mereka seharusnya tinggal menunggu ajal saja, biar kami para generasi muda yang merevolusi semuanya, biar kami para generasi muda yang mengubah masa depan dunia agar menjadi lebih baik.
Seperti layaknya baterai mainan yang sudah aus. Sudah sepatutnya diganti yang baru agar mainannya bisa berjalan dengan baik.
Sama seperti negara kita yang perlu diganti “orang-orang” dan sistem didalamnya agar negara bisa terus berkembang dan menjadi negara maju suatu hari nanti.
Editor : Khasan Rochmad