Sebagai salah satu kota besar di Indonesia, Surabaya menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan sampah. Meskipun sudah diterapkan berbagai kebijakan, seperti Program Bank Sampah yang kini memiliki lebih dari 200 cabang di seluruh kota, masalah sampah plastik tetap menjadi isu utama yang belum terselesaikan sepenuhnya.
Setiap harinya, Surabaya menghasilkan sekitar 1.800 ton sampah, dengan hampir 30% di antaranya berupa sampah plastik. Program Bank Sampah memungkinkan warga menukar sampah non-organik dengan barang kebutuhan sehari-hari, dan berhasil mengurangi volume sampah plastik di tingkat rumah tangga. Namun, tingkat kesadaran masyarakat dalam memilah sampah masih rendah, sehingga mengurangi efektivitas program ini.
Untuk meningkatkan pengelolaan sampah, pemerintah kota perlu memperbaiki fasilitas di tingkat rumah tangga dengan menyediakan tempat sampah terpisah di setiap RT atau RW. Selain itu, kolaborasi dengan sektor swasta dalam memanfaatkan teknologi pengolahan sampah harus diperluas. Salah satu opsi potensial adalah mengolah sampah plastik menjadi bahan bakar alternatif, solusi inovatif yang dapat memberikan dampak jangka panjang yang positif.
Kesuksesan program pengelolaan sampah sangat bergantung pada dukungan masyarakat. Oleh karena itu, edukasi intensif tentang pentingnya pengelolaan sampah dan keberlanjutan lingkungan perlu terus digalakkan. Dengan kesadaran yang meningkat, masyarakat dapat berkontribusi aktif dalam menjaga kebersihan kota dan mendukung kebijakan pemerintah.
Melalui kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat, Surabaya memiliki potensi untuk menjadi contoh pengelolaan sampah berbasis teknologi dan partisipasi aktif. Dengan langkah-langkah ini, Surabaya dapat menjadi kota yang lebih bersih, hijau, dan ramah lingkungan, sekaligus menjadi inspirasi bagi kota-kota lain di Indonesia.
Mari bersama wujudkan Surabaya yang lebih baik melalui pengelolaan sampah yang berkelanjutan. (*)