Apa yang dimaksud Retinopati Hipertensi
Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat di atas normal, baik sistolik maupun diastolik. Retinopati Hipertensi merupakan gambaran fundus mata akibat hipertensi yang mengenai sistem vaskular, retina, kapiler, koroid dan saraf optik.
Baca Juga : Kebutaan yang Dapat Dihindari atau Avoidable Blindness
Prevalensi Retinopati Hipertensi
Diperkirakan hipertensi menyerang 15 hingga 25% dari orang dewasa yang telah diteliti, sedangkan prevalensi yang didapatkan oleh Boedi Darmojo dalam suatu penelitian di Indonesia berkisar antara 6 hingga 15%. Penderita hipertensi memiliki kemungkinan 50-70% mengalami retinopati hipertensi.
Faktor risiko Retinopati Hipertensi
- Faktor risiko yang bisa dihindari meliputi merokok dan kelainan profil lipid
- Faktor risiko yang tidak bisa dihindari meliputi bertambahnya usia dan durasi hipertensi
Seberapa Besar Risiko Penderita Hipertensi terkena Retinopati Hipertensi
Tergantung dari hipertensi terkontrol atau tidak serta lamanya menderita hipertensi. Disamping itu juga apakah penderita merokok atau adakah kelainan profil lipid/lemak. Penimbunan lipid menyebabkan tersumbatnya aliran darah. Di retina, endapan lipid ini juga ada, tetapi jarang dan sukar dikenali dengan pemeriksaan funduskopi. Di tempat lain, seringkali didapatkan di aorta dan pembuluh darah koroner. Distal dari tempat sumbatan, daerahnya akan menjadi iskemia bahkan terjadi infark.
Gejala Retinopati Hipertensi
- Umumnya tidak ada keluhan penurunan penglihatan dari penderita hipertensi, kelainan ini diketahui secara kebetulan pada saat pemeriksaan mata atau rujukan dari dokter Jantung
- Penurunan penglihatan, yang terjadi karena penyumbatan pembuluh darah arteri/vena yang mengenai makula atau terjadinya edema makula.
Hipertensi menyerang bagian retina mata?
Tekanan darah sistemik yang meningkat akibat dari gangguan pembuluh darah mengakibatkan perubahan-perubahan lokal yang menyebabkan kerusakan parenkim pada organ-organ seperti mata, otak, ginjal, dan jantung.
Retinopati hipertensi menyerang sistem pembuluh darah, retina, kapiler, koroid, dan saraf optik.
Retinopati pada hipertensi ditandai dengan adanya perdarahan, eksudat yang terbatas pada setengah bagian luar dari lapisan retina atau nerve fiber layer. Eksudat lunak dan perdarahan retina/ flame shape akan menghilang 4-12 minggu setelah hipertensi teratasi. Sedangkan pada hipertensi akut dengan angiospasme maupun aktif eksaserbasi akan terjadi edema retina dari seluruh ketebalan lapisan ini. Neuropati saraf optik berupa edema papil saraf optik yang bisa terjadi pada tekanan sistolik yang tinggi pada keadaan akut maupun kronis.
Bahaya Hipertensi
Terjadinya komplikasi pada mata akibat hipertensi berupa penyumbatan pembuluh darah misal pada CRVO atau BRVO. Penyebabnya faktor hemodinamik dan gangguan neurovaskular pada penderita usia muda, sedangkan pada usia lanjut biasanya terjadi pada arteriosklerosis sistemik, hipertensi, atau perubahan vaskular diabetes. Vena tertekan arteri yang mengeras. Sumbatan ini menyebabkan terjadinya bendungan yang maksimal dengan saluran vena melebar dan berkelok. BRVO terjadi jika hanya satu atau dua cabang vena sentral yang tersumbat. Komplikasi lainnya berupa Central Retinal Artery Occlusion (CRAO). Arteri retina sentral merupakan suatu end arteri dan tidak ada kolateral, sehingga sumbatan pada pembuluh darah ini akan menyebabkan hilangnya penglihatan mendadak yang berat dan unilateral. Jika tidak mendapat pengobatan segera dalam beberapa jam setelah terjadi sumbatan, maka kerusakan terjadi secara menetap dan prognosis pada umumnya jelek. Branch Retinal Artery Occlusion (BRAO) terjadi hanya satu atau dua cabang yang tersumbat, perubahan obyektif terbatas di daerah yang dipasok oleh cabang yang tersumbat.
Apakah Retinopati Hipertensi bisa disembuhkan?
- Dengan mengatasi penyebab utama yaitu hipertensi yang akan lebih baik apabila diketahui diagnosis tersebut secara dini. Terapi dilakukan secara tepat, teratur, dan berkelanjutan.
- Retinopati hipertensi tidak memerlukan pengobatan khusus di bidang mata dan tidak menyebabkan penurunan penglihatan, kecuali bila telah terjadi komplikasi berupa penyumbatan pembuluh darah. Penyumbatan pembuluh darah di dalam mata dapat menyebabkan terjadinya perdarahan di dalam bola mata.
- Prognosis bergantung dari penyebab. Bersifat reversibel pada background retinopathy seperti eklamsi dan pre eklamsi pada kehamilan dan bersifat ireversibel pada sklerotik pembuluh darah akibat perubahan endotel pembuluh darah yang bersifat menetap. Arteriosklerotik merupakan keadaan dimana terjadinya pengerasan dan penebalan dinding pembuluh darah yang terjadi baik di pembuluh darah kecil (mikro) maupun dinding pembuluh darah besar (makro).
Cara mengatasi Retinopati Hipertensi
- Regulasi tekanan darah dan kontrol metabolik secara periodik
- Perubahan pola dan gaya hidup dapat menurunkan progresivitas retinopati hipertensi serta mengurangi kemungkinan kerusakan target organ. Kontrol berat badan. Konsumsi makanan dengan kadar lemak jenuh harus dikurangi dan konsumsi makanan dengan kadar lemak tidak jenuh dapat menurunkan tekanan darah. Konsumsi alkohol dan garam perlu dibatasi serta berolah raga teratur.
- Laser fotokoagulasi bila sudah terjadi komplikasi penyumbatan pembuluh darah misal Central Retinal Vein Occlusion (CRVO) atau Branch Retinal Vein Occlusion (BRVO).
- Anti Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) bila sudah terjadi edema makula, misal akibat dari penyumbatan pembuluh darah.
Pentingnya deteksi dini Retinopati Hipertensi
Hingga kini diyakini pentingnya deteksi secara dini sebelum muncul komplikasi lebih lanjut. Penurunan tekanan darah akan menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta memperpanjang hidup dan mengobati faktor risiko.
Tekanan diastolik yang tinggi dianggap merupakan penyebab terjadinya cacat kardiovaskular, namun studi prospektif menunjukkan bahwa hipertensi sistolik merupakan penyebab utama.
Referensi:
Braunwald, 1997. Heart Disease, A Textbook of Cardiovascular Medicine. 5th Edition, Volume 1, pp. 819-828.
Darmojo, B., 1984. Data Epidemiologi Hipertensi di Indonesia. Simposium Era Baru Pengobatan Hipertensi, Surabaya. Pp 35-40.
George, N.W., Colin, Paul H., 1971. The Retinal Circulation. 2nd Edtion. Harper and Row Publishers, Philadephia, pp. 221-230.
Hughes, B.M., Moinfar, N., Pakainis, V.A., et al., 2007. Hypertension. Available from: URL:http://www.emedicine.com/ophtopic488.htm
Jeppeson, P., Sanye-Hajari, J., Bek, T., 2007. Increased Blood Pressure Induces A Diameter Response of Retinal Arterioles that Increases with Decreasing Arteriolar Diameter. Invest Ophthalmol Vs Sci; Volume 48, pp. 328-331 DOI:10.1167/IOVS.06-0360
Joint National Committee VII, US Department of Health and Human Services, NIH Publication, 2004.
Kanski, J.J., 2020. Clinical ophthalmology, A Systematic Approach. 9th Edition. Philadelphia: Elsevier. Pp: 532
Lee, P., 2002. Hypertension, Emedicine-Hypertension, pp. 1-10
Moestidjab, 1984. Kelainan Fundus Mata pada Hipertensi. Simposium Era Baru Pengobatan Hipertensi, Surabaya, pp. 69-78.
Moschos, M.M. & Moschos, M., 2008. Intraocular Bevacizumab for Macular Edema due to CRVO. Advances in Ophthalmology, Volume 116(2), pp. 147-152
Sasono, W., et al. 2002. Panduan Praktik Klinis KSM Ilmu Kesehatan Mata RSUD Dr. Soetomo, Surabaya, 2022.Hypertensive Retinopathy Background Retinopathy and Retinal Vascular Changes
Wiedeman, P. & Rehak, M., 2012. Combination of Ranibizumab and Laser Photocoagulation in CRVO:Acta Ophthalmologica 90(s249)
Wong, T.Y., et al., 2007. The Management of Hypertension in Special Conditions. The Cardiovascular Health Study.