KEDIRI - Di tengah pesatnya perkembangan dunia medis, RSUD Kilisuci Kota Kediri tampil sebagai salah satu rumah sakit daerah yang serius berinovasi, khususnya dalam bidang radiologi. Rumah sakit ini kini menjadi pionir di Kota Kediri dengan penggunaan teknologi Panoramik, Chepalografi, CBCT (Cone Beam Computed Tomography) untuk pemeriksaan gigi dan rahang 3 dimensi dengan detektor DR (Digital Radiography) yang terkoneksi langsung dengan sistem jaringan internal rumah sakit. Inovasi ini tidak hanya menjadikan pelayanan lebih cepat dan akurat, tetapi juga semakin ramah lingkungan dan efisien.
Berbeda dari metode lama yang masih menggunakan film dan cairan kimia, teknologi DR memungkinkan citra hasil rontgen langsung muncul di komputer dalam hitungan detik. Tidak perlu lagi kamar gelap, tidak perlu proses cuci film, dan tentu saja tidak ada limbah kimia seperti developer dan fixer. Bahkan, jika hasil foto pertama kurang jelas karena gerakan pasien atau faktor teknis, bisa langsung diulang saat itu juga tanpa menunggu. Menurut Hanifa, Fisikawan Medis di RSUD Kilisuci, hal ini membawa lompatan besar dalam pelayanan.
“Dulu itu kita masih kirim hasil pakai WhatsApp, dan kualitas gambar bisa turun. Sekarang semuanya sudah terhubung dengan kabel LAN internal, jadi hasilnya dapat dilihat di komputer dan dikirim ke dokter radiologi melalui aplikasi hingga kualitas gambar tetap jernih ,” jelas Hanifa.
Dengan sistem ini, setiap hasil rontgen atau pemindaian bisa langsung diakses dari semua poli dan ruang rawat yang ada di rumah sakit. Hal ini sangat memudahkan dokter dalam mengambil keputusan cepat, terutama untuk kasus-kasus gawat darurat. Di sisi lain, sistem ini juga menekan penggunaan bahan habis pakai, mendukung prinsip go-green dalam pelayanan kesehatan.
Tak hanya DR, keunggulan lain yang kini jadi sorotan adalah hadirnya teknologi Panoramik dan CBCT. Teknologi ini memungkinkan visualisasi struktur gigi dan rahang secara tiga dimensi, sangat penting untuk keperluan diagnostik di bidang konservasi gigi dan bedah mulut.
RSUD Kilisuci juga menerapkan standar internasional dalam pemanfaatan teknologi radiologi. Prinsip yang digunakan adalah justifikasi, yaitu memastikan bahwa setiap pemeriksaan dilakukan karena manfaatnya jelas lebih besar daripada risikonya; optimisasi, yakni mengatur dosis radiasi serendah mungkin tapi tetap cukup menghasilkan gambar yang jelas; dan limitasi, yaitu mengendalikan paparan radiasi agar tidak melebihi batas aman.
Dalam praktiknya, petugas radiologi di RSUD Kilisuci dibekali dengan personal dosimeter untuk memantau paparan radiasi yang mereka terima. Evaluasi dilakukan secara berkala setiap tiga bulan. “Batas dosis radiasi dari BAPETEN adalah 20 mSv per tahun untuk petugas radiasi. Tapi kami di sini justru menetapkan batas yang lebih ketat, hanya 5 mSv. Dan sampai sekarang tidak pernah ada yang melewati batas itu,” tambah Hanifa.
Seluruh fasilitas ini berjalan beriringan dengan peningkatan sumber daya manusia. Di RSUD Kilisuci, radiologi ditangani oleh tim lengkap, mulai dari radiografer profesional, fisikawan medis, hingga petugas proteksi radiasi yang siap memastikan keamanan dan efektivitas layanan.
Transformasi digital di bidang radiologi ini tidak hanya mempercepat pelayanan, tapi juga meningkatkan akurasi diagnosis, serta menjadikan RSUD Kilisuci sebagai rumah sakit daerah dengan standar pelayanan radiologi. (Ulfa Fitriya)
Editor : JTV Kediri