MALANG - Ingatan akan tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 135 nyawa masih berusaha dipertahankan. Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya menggelar pameran seni mulai 29 September sampai 1 Oktober 2025 untuk mengingatkan bahwa pencarian keadilan atas tragedi tiga tahun lalu masih belum usai.
Pameran ini mengajak pengunjung untuk menggali ingatan akan peristiwa yang masih menyisakan banyak tanda tanya. Bertajuk “Membangun Ingatan, Membongkar Impunitas, Menggugat Keberanian dan Menguatkan Solidaritas” pameran ini menjadi media pengingat bahwa tragedi ini adalah luka bersama.
“Tragedi sebesar ini bukan hanya luka milik aremania saja, bukan luka milik malang saja, tapi ini luka milik kita bersama sebagai bangsa Indonesia. Maka dari itu, melalui pameran ini kami berharap bisa memberi pengetahuan kepada banyak orang tentang apa yang terjadi di Kanjuruhan dan apa yang harus kita lawan,” jelas Mahasiswa FIB UB, Gendadianta Hibtizi.
Baca Juga : Sambut ARTSUBS 2025, Mahasiswa Ubaya Gelar Dialog Seni
Melalui berbagai karya seni dan puisi, pameran ini berusahan menerangkan apa yang sebenarnya terjadi dan bagaimana perlawanan kolektif dapat dibangun.
Bagi pengunjung, pameran ini menjadi pintu masuk untuk memahami tragedi Kanjuruhan. Seperti yang dirasakan oleh Nadia Luthfia, salah satu pengunjung menjadi semakin melek dengan isu-isu yang ada, bahwa keadilan yang merenggut 135 nyawa belum ditegakkan.
“Saya bukan orang asli Malang, dengan adanya pameran ini saya bisa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada tragedi Kanjuruhan” ujarnya.
Baca Juga : Ketua DPRD Apresiasi Pameran Lukisan di Gedung Dewan
Persoalan hukum dan sosial serta dampak bagi keluarga korban dinilai masih belum tuntas. Bahkan sampai sekarang, kurang lebih 8 keluarga korban masih aktif menyuarakan ketidakadilan yang terjadi pada mereka.
Mereka tidak mau dibungkam dengan uang ataupun ancaman. Mereka hanya menginginkan keadilan yang sebenar-benarnya. (Laili Rahmawati)
Editor : M Fakhrurrozi