BLITAR - Di tengah gempuran gerai kuliner modern dan franchise internasional, Gagasan untuk melestarikan memori vintage masyarakat tentang kehidupan masa lalu menemukan bentuknya dalam Warung Kaliurang. Warung ini hadir bukan sekadar sebagai bisnis kuliner, melainkan sebuah upaya kultural untuk menjaga nuansa dan cita rasa pedesaan Jawa yang hampir tergerus zaman.
Pengelola Warung Kaliurang dengan sengaja menciptakan sebuah ruang yang menyentuh memori emosional pengunjungnya. Melalui arsitektur kayu, dekorasi barang-barang vintage seperti radio tua, iklan-iklan retro, dan peralatan makan dari era 70-80an, mereka membangun sebuah diorama hidup yang mengundang dialog antargenerasi. Orang tua yang datang dapat bercerita tentang masa kecil mereka kepada anak dan cucu yang mungkin baru pertama kali melihat benda-benda tersebut.
Dari sisi kuliner, Warung Kaliurang konsisten dengan filosofi “masa lalu”. Mereka menghidangkan menu-menu yang merupakan representasi dari kearifan lokal dan kuliner rumahan Nusantara. Hidangan seperti sayur bening, oseng-oseng, dan ikan bakar diolah dengan resep yang sederhana, menitikberatkan pada kesegaran bahan dan cita rasa yang autentik, jauh dari kesan instan dan modern.
“Ini adalah cara kami untuk merawat sejarah dan rasa. Banyak anak muda sekarang yang tidak tahu bagaimana suasana dan rasa makanan di warung-warung pada zaman dulu. Kami coba hadirkan kembali,” tutur Firdaus Setyawan, pengelola warung.
Baca Juga : Rujak Soto dan Kue Bagiak Jadi Kekayaan Intelektual Komunal Asli Banyuwangi
Keberadaan Warung Kaliurang mendapat apresiasi positif dari masyarakat. Tempat ini tidak hanya menjadi tujuan bersantap, tetapi juga ruang edukasi informal yang menyenangkan tentang nilai-nilai kesederhanaan dan kehangatan komunitas pada masa lalu. (Qithfirul Aziz)
Editor : JTV Kediri