LUMAJANG - Rutinitas para orang tua dari puluhan siswa sekolah dasar, yang tinggal di Dusun Sumber Langsep, Desa Jugosari, Kecamatan Candipuro Lumajang cukup memprihatinkan.
Satu per satu para orang tua siswa, harus mengendong anaknya menyebrangi sungai lahar semeru, demi anaknya bisa sekolah.
“Mau gimana lagi mas, sudah keadaanya begini, yang penting anak-anak bisa sekolah,”ucap Herman salah satu orang tua siswa yang ditemui portaljtv.com seusai menggendong anaknya menyebrangi sungai lahar, senin (30/1/23).
Menjadi wilayah terisolir yang berada di seberang sungai, membuat segala aktivitas warga setempat, harus dilakukan dengan menyebrangi aliran lahar.
Baca Juga : Ibu Hendak Melahirkan Terobos Banjir Lahar
Sebelumnya warga setempat membuat jembatan darurat dari potongan pohon pinus sebagai akses jalan alternatif, namun banjir lahar minggu petang (28/1/23) kemarin merusak jembatan tersebut.
Hingga kini warga setempat yang tinggal di wilayah terisolir, masih belum berencana untuk membuat jembatan darurat lagi, pasalnya warga kebingungan mencari puluhan kayu besar yang bisa membentang di Sungai Regoyo selain itu warga juga kawatir banjir lahar susulan tiba-tiba datang kembali.
"Kalau dibangun lagi susah karena sungainya tambah lebar kalau jembatan kayu kemarin 20 meter sekarang 40 meter jadi cari kayu gak bisa"keluhnya.
Baca Juga : Puluhan Warga Terjebak Banjir Lahar
Sementara itu untuk para siswa sekolah dasar dari dusun setempat, mayoritas menempuh pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Jugosari 03 yang berada di seberang sungai.
"Dari Sumberlangsep ada 38 hari ini, lebih dari separuh gak masuk, karena khawatir banjir susulan kembali terjadi, mayoritas tadi anak-anak gak bersepatu sampek sini bersepatu,"Jelas Yulianti Kepala SDN Jugosari 03.
Yulianti menegaskan jika pihak sekolah mentolerir pada semua siswa yang berasal dari wilayah terisolasi.
Baca Juga : Puluhan Siswa Terisolir, Seberangi Arus Sungai
"Jika cuaca kurang bersahabat kami mengondisikan anak anak bisa pulang lebih awal kasihan nanti anak-anak bisa terjebak banjir,"terangnya.
Selain itu aparat desa setempat mengaku prihatin dan tidak mampu berbuat lebih atas nasib warga warganya. Menurutnya selain akses siswa berangkat sekolah, akses kesehatan lansia, ibu hamil, dan menyusui sangat memprihatinkan.
"Ibu hamil disini masih ada 4 mas, kemarin-kemarin setiap ada ibu melahirkan atau orang sakit harus ditandu menyebrangi sungai lahar, saya tidak tega sebenarnya,"keluh Ali Murtopo aparat desa setempat.
Baca Juga : Belum Ada Perbaikan Jembatan Gantung dan Bronjongan Sungai
Reporter : Yongki Nugroho
Editor: Vita Ningrum