SUMENEP - Pengrusakan hutan mangrove secara besar-besaran dilaporkan terjadi di sepanjang Sungai Saroka, sungai terbesar di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Aktivitas ilegal ini, yang melibatkan alat berat, berlangsung di Desa Kebundadap Timur, Kecamatan Saronggi, dan telah merusak mangrove berusia lebih dari 10 tahun.
Menurut warga setempat, pengerusakan mangrove ini dilakukan secara masif selama tiga hari terakhir, namun dugaan warga menyebutkan bahwa kegiatan serupa sudah berlangsung bertahun-tahun. Salah satu warga, Fadil, menyebutkan bahwa ekosistem di kawasan tersebut kini dalam ancaman serius.
"Ada pengerusakan pohon mangrove di utara sungai di Desa Kebundadap Timur, dari video yang kami ambil ini adalah hari ketiga. Kami tidak tahu hari pertama kapan dikerjakan," kata Fadil saat ditemui.
Ia menambahkan bahwa hutan mangrove yang dirusak ini berfungsi penting sebagai penahan alami dari banjir dan abrasi. Jika mangrove ini habis, kawasan sekitar Sungai Saroka akan semakin rentan terhadap ancaman bencana.
Baca Juga : Antisipasi Pohon Tumbang, DLH Magetan Pangkas Ranting di Jalur Ngawi-Magetan
"Dampaknya merusak ekosistem yang sudah terbentuk. Ke depannya kalau pohon mangrove ini habis, ketika ada air bah atau banjir, bisa terkikis karena penangkis yang alami sudah tidak ada lagi. Dugaan kami, pengerusakan ini untuk perluasan tambak garam," ujar Fadil.
Warga juga melaporkan bahwa sebagian mangrove di kawasan ini tumbuh secara alami, sementara sebagian lainnya merupakan hasil upaya warga yang menanamnya untuk mencegah banjir dan melindungi garis pantai dari abrasi.
Sayangnya, laporan yang telah diajukan ke Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sumenep sejak hari pertama pengerusakan belum membuahkan tindakan konkret.
Baca Juga : Diterjang Hujan Deras Berangin Kencang, Pohon Trembesi Tumbang Timpa Ibu dan Anak
Warga menduga bahwa aktivitas ini dilakukan untuk memperluas lahan tambak garam dan udang, tetapi tanpa memperhitungkan dampak jangka panjangnya. Jika pengerusakan ini terus dibiarkan, bukan hanya ekosistem yang akan rusak, tetapi juga kehidupan warga yang tinggal di sepanjang aliran Sungai Saroka.
Kasus ini mengingatkan pentingnya upaya perlindungan hutan mangrove sebagai bagian dari mitigasi bencana. Pemerintah daerah diharapkan segera turun tangan untuk menghentikan pengerusakan ini dan menyelamatkan ekosistem yang ada. (Wildan Lipu/Dhelfia Ayu)
Editor : Iwan Iwe