KOTA BATU - Pasangan Calon (Paslon) Walikota dan Wakil Walikota Batu nomor urut 03, Kris Dayanti-Kresna Dewanata Prosakh (KriDa) beradu gagasan dengan Paslon 01 Nurochman-Heli dan Paslon 02 Firhando Gumelar-H. Rudi dalam debat kedua Pilkada Kota Batu, Jumat (8/11/2024) malam.
Tema yang menjadi sorotan oleh ketiga paslon dalam debat kedua tersebut, salah satunya adalah terkait dengan pendidikan.
Paslon nomor urut 3 Kris Dayanti dan Kresna Dewanata banyak memberi perhatian pada persoalan anak dari pendidikan hingga kasus kekerasan.
Krisdayanti mengaku sebagai perempuan dan sosok ibu, ia mengaku bisa memahami persoalan yang dirasakan masyarakat utamanya kaum ibu. Dari kesehatan ibu dan anak, akses pendidikan dan rasa aman dari kekerasan dan pelecehan seksual.
Baca Juga : Paslon KriDa Adu Gagasan Soal Bullying dalam Debat Kedua Pilkada Batu
Dalam beberapa sesi KD menyoroti Kota Batu yang sempat marak kekerasan anak. Ia menginginkan agar Kota Batu mempertahankan status sebagai kota layak anak dan ramah disabilitas.
Ia menyampaikan, bahwa nantinya paslon dengan sebutan Krida itu akan berkomitmen melakukan advokasi, juga pendampingan dari kalangan wali murid untuk langkah pencegahan kekerasan seperti bullying.
"Sebagai perempuan, ibu, dan calon pemimpin Kota Batu punya rasa untuk bisa menyampaikan pesan terkait apa yang sudah kami temui di lapangan. Baik itu stunting, kasus bullying dan kekerasan pada anak," tuturnya.
Baca Juga : Jelang Debat Kedua, Gumelar-Rudi: Bismillah Kita Bangun Kota Batu
Untuk soal kekerasan anak dan perempuan, KD mengaku sangat banyak menyaksikan kasus terkait marak di daerah-daerah. Untuk itu ia siap memastikan seluruh anak dan perempuan di Kota Batu aman beraktivitas.
Beberapa langkah disebutkannya dalam program penguatan lembaga pendampingan, edukasi wali murid, juga penyuluhan dan advokasi.
"Dengan kasus bullying yang ada, tentu menjadi dorongan kita terus berada di belakang para guru dan wali murid dengan memberikan dukungan dan advokasi," ujar Kris Dayanti.
"Kota batu ingin tetap mempertahankan menjadi kota layak anak dan ramah disabilitas," imbuhnya.
Pada isu kesehatan dan pelayanan kesehatan, ia menyinggung program peningkatan kualitas dengan mendorong kesejahteraan dokter, perawat dan bidan. Serta memajukan teknologi kesehatan yang digunakan di setiap fasilitas kesehatan.
"Kami mengupayakan agar pendapatan dokter lebih baik, dan berkesempatan menjadi dokter spesialis melalui pendidikan hospital base, yang lebih mudah," katanya.
Selain itu, ia ingin mewujudkan Kota Batu menjadi Kota pendidikan terkemuka.
"Dengan semua anak di Batu punya kesempatan sama pendidikan bahkan ke luar negeri. Gratis dengan seragam-seragamnya. Dengan wajib belajar 13 tahun sejak usia dini," imbuh Krisdayanti. (*)
Editor : M Fakhrurrozi