Menu
Pencarian

Merajut Peradaban kata : Mengenang Kekuatan Buku di Tengah Gemuruh Media Massa

Vina Ayu Septiani - Rabu, 23 April 2025 12:11
Merajut Peradaban kata : Mengenang Kekuatan Buku di Tengah Gemuruh Media Massa
Hari buku sedunia, saatnya merayakan kekuatan kata- kata (Foto: Vina Ayu Septiani)

Tanggal 23 April kembali hadir sebagai penanda istimewa "Hari Buku dan Hak Cipta Sedunia". Lebih dari sekadar seremoni tahunan, peringatan ini adalah sebuah oase refleksi tentang esensi buku di era digital yang serba cepat. Tahun 2025 menjadi momentum krusial untuk merenungkan kembali peran sentral buku dalam membentuk peradaban, menumbuhkan empati, dan menjaga nyala pengetahuan tetap berkobar.

UNESCO , dengan kearifannya, memilih tanggal yang sarat makna ini pada tahun 1995. Mengingat wafatnya dua maestro literasi dunia, William Shakespeare dan Miguel de Cervantes, pada tanggal yang sama, serta bertepatan dengan hari lahir atau wafat penulis-penulis hebat lainnya, 23 April menjelma menjadi simbol penghormatan abadi bagi dunia literasi. Keputusan ini bukan hanya seremonial, melainkan sebuah deklarasi tentang betapa luhurnya nilai buku bagi kemanusiaan.

Di Indonesia, semangat literasi terus bersemi, meski tantangan era digital tak bisa diabaikan. Komunitas-komunitas pembaca tumbuh subur, festival literasi mewarnai berbagai sudut kota, dan inisiatif peningkatan minat baca terus digalakkan oleh berbagai pihak. Namun, upaya ini memerlukan sinergi yang lebih kuat. Bagaimana caranya agar buku tetap relevan dan menjadi pilihan utama di tengah banjir informasi dan hiburan digital? Jawabannya terletak pada inovasi dalam penyajian dan penanaman kecintaan pada membaca sejak usia dini.

Hari Buku Sedunia adalah panggilan untuk bertindak. Tindakan sederhana seperti menyisihkan waktu untuk membaca, mengunjungi perpustakaan yang menjadi jantung ilmu pengetahuan, atau sekadar berbagi rekomendasi buku dengan orang terdekat, memiliki dampak yang luar biasa. Lebih jauh lagi, partisipasi dalam diskusi buku yang membuka cakrawala pemikiran atau mengikuti lokakarya menulis yang mengasah kreativitas, adalah wujud nyata apresiasi terhadap dunia literasi.

Baca Juga :   Reog Ponorogo Resmi Ditetapkan Sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO

Peran institusi pendidikan, dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi, menjadi fondasi penting dalam membangun budaya literasi yang kokoh. Mengenalkan beragam genre buku, mendorong kegiatan membaca yang interaktif dan menyenangkan, serta menumbuhkan kesadaran akan pentingnya berpikir kritis melalui buku, akan melahirkan generasi yang tidak hanya literat secara fungsional, tetapi juga memiliki kedalaman pemahaman dan keluasan pandangan.

Transformasi digital memang telah membawa buku ke dalam berbagai format baru. E-book dan audiobook menawarkan kemudahan akses dan portabilitas yang tak tertandingi. Namun, inti dari pengalaman membaca, yaitu interaksi personal dengan ide, penjelajahan imajinasi, dan penyerapan pengetahuan, tetaplah sama. Hari Buku Sedunia mengingatkan kita bahwa di balik kemudahan teknologi, terdapat warisan intelektual yang tak ternilai harganya dalam lembaran-lembaran buku.

Lebih dari sekadar merayakan, Hari Buku Sedunia adalah ajakan untuk merevitalisasi hubungan kita dengan buku. Mari kita jadikan momentum ini sebagai titik awal untuk membaca lebih banyak, menulis dengan lebih bersemangat, dan bersama-sama merajut peradaban yang kokoh melalui kekuatan kata. Selamat memperingati Hari Buku dan Hak Cipta Sedunia 2025! Semoga semangat literasi terus membara dan menginspirasi setiap langkah kita. Lalu, kapan kamu mau mulai membaca buku yang sudah mulai usang di atas mejamu?

Baca Juga :   3 Kebudayaan Tradisional Indonesia Bakal Diajukan Jadi Warisan Budaya ke UNESCO

Editor : A. Ramadhan






Berita Lain



Berlangganan Newsletter

Berlangganan untuk mendapatkan berita-berita menarik dari PortalJTV.Com.

    Cek di folder inbox atau folder spam. Berhenti berlangganan kapan saja.