PACITAN - Suasana halaman Kantor Desa Nglaran dipenuhi dengan gelak tawa, dentingan gamelan, dan gemulai penari tayub, menandai puncak acara Bersih Desa yang telah lama dinanti warga. Acara dibuka dengan ruwatan dan pagelaran wayang kulit yang menggetarkan jiwa. Wayang bukan sekadar hiburan bagi warga Nglaran, melainkan sebuah simbol warisan budaya yang mengikat generasi masa lalu dengan masa kini.
Setelah kesenian tayub yang memukau, momentum penuh makna terjadi ketika Ketua DPRD Pacitan, Arif Setia Budi (ASB), menyerahkan wayang kulit secara simbolis kepada Kepala Desa Triyono, yang kemudian diteruskan kepada dalang kondang, Ki Dalang Hariyanto dari Desa Wonosidi, Kecamatan Tulakan. Penyerahan ini bukan sekadar ritual, melainkan tanda komitmen bersama menjaga kelestarian budaya.
Malam itu, pertunjukan wayang kulit semalam suntuk dengan lakon Babat Alas Wanamarta menjadi puncak acara. Cerita yang sarat pesan moral ini membawa warga berkelana ke masa lalu, menelisik sejarah dan nilai-nilai luhur yang masih relevan hingga kini.
Kepala Desa Nglaran, Triyono, mengenang bahwa tradisi bersih desa sebenarnya sudah lama menjadi bagian hidup masyarakatnya, namun sempat hilang selama 25 tahun terakhir. "Melalui kegiatan ini, kami ingin menghidupkan kembali akar budaya kami, dimana bersih desa dilakukan pada bulan Longkang atau bulan Selo dalam kalender Jawa, sekaligus memperkuat rasa kebersamaan antar warga," ujarnya Senin (26/05) malam.
Baca Juga : Ancaman Penyakit Hewan, DPRD Pacitan Minta DKPP Tak Lengah Jelang Idul Adha
Selain menjadi ajang pelestarian budaya, kegiatan Bersih Desa Nglaran juga memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat setempat. Selama acara berlangsung, banyak pelaku usaha kecil dan UMKM memanfaatkan momen ini untuk memasarkan produk kerajinan tangan, kuliner lokal, dan hasil pertanian.
“Kegiatan ini menjadi peluang bagi warga untuk berjualan dan meningkatkan penghasilan. Kami berharap tradisi seperti ini tidak hanya menjadi warisan budaya, tapi juga penggerak ekonomi desa yang berkelanjutan.” imbuhnya.
Sementara Ketua DPRD Pacitan, Arif Setia Budi, turut menegaskan pentingnya kearifan lokal dalam pengembangan desa. “Nglaran memang tidak memiliki keindahan alam seperti desa lain, tapi melalui tradisi seperti ini, desa bisa maju dan masyarakatnya berkembang. Apalagi jika kegiatan ini berdampak positif secara ekonomi, peluang mendapatkan dukungan anggaran pemerintah akan semakin terbuka,” katanya.
Baca Juga : Pilkada Membawa Berkah bagi Pelipat Surat Suara di Pacitan
Bersih Desa Nglaran bukan sekadar acara ritual, melainkan wujud nyata bahwa budaya adalah sumber kekuatan dan inspirasi. Di tengah arus modernisasi, masyarakat Nglaran memilih untuk tidak melupakan akar mereka, menjaga tradisi, dan bersama-sama merajut masa depan yang lebih baik. (Edwin Adji)
Editor : JTV Pacitan