Sebuah perumahan khusus difabel dibangun di Trenggalek. Perumahan ini menjadi tempat usaha sekaligus tempat tinggal bagi warga disabilitas.Terletak di Desa Prambon, Kecamatan Tugu, Kabupaten Trenggalek, perumahan ini dihuni oleh keluarga disabilitas, mulai tuna netra, tuna daksa, tuna rungu, hingga tuna grahita.
Tak seperti perumahan pada umumnya, aksesibilitas perumahan telah dilengkapi dengan jalur kursi roda hingga guiding block untuk tuna netra, sehingga dapat mempermudah mobilitas warga.
Perumahan yang diinisiasi Yayasan Difabel ini sengaja dibangun untuk memenuhi kebutuhan hidup difabel. Hal ini dilakukan karena warga disabilitas selalu kesulitan untuk mengakses kredit kepemilikan rumah atau KPR.
Menurut salah satu penghuni perumahan inklusif, Mustofa, dia menghuni rumah ini sejak tiga tahun terakhir bersama istrinya yang juga penyandang tuna netra. Seluruh rumah yang dibangun dilengkapi dengan showroom atau tempat usaha, sehingga masing-masing usaha para difabel bisa langsung dipasarkan.
Di perumahan ini, masing-masing pemilik rumah memiliki usaha yang berbeda-beda, mulai dari jasa sewa sound system, elektone, salon, toko kelontong, konveksi hingga desain grafis.
Mustofa dan istrinya mengaku cukup nyaman, karena bisa memiliki rumah sendiri, serta membuka usaha jasa persewaan sound system, pijat hingga jasa elektone.
“Walaupun tuna netra, saya ingin seperti mereka yang punya rumah sendiri terus membina rumah tangga. Tidak hidup bersama orang tua, pokoknya ingin mandiri,” ucap Mustofa kepada Portaljtv.com.
Desain interior perumahan inklusif ini berbeda-beda, disesuaikan dengan kondisi fisik pemilik rumah. Slamet misalnya, warga disabilitas gangguan celebral palsy ini memiliki dapur yang rendah, sehingga mudah diakses untuk aktivitas sehari-hari.
Di tengah keterbatasan fisik, Slamet juga memiliki usaha toko kelontong yang menjual aneka kebutuhan sehari-hari.
“Toko saya menjual kebutuhan sehari-hari, seperti beras, minyak, dan gas” ucap Slamet saat ditemui di tokonya.
Perumahan ini disebut inklusif karena menyatu dengan lingkungan sekitarnya. Para difabel pun disambut baik oleh masyarakat tanpa ada diskriminasi. (Simon Bagus/Hammam Defa)
Editor : Iwan Iwe