No Other Land berhasil memenangkan penghargaan Best Documentary di Academy Awards 2025 atau yang tersohor dengan sebutan Oscar.
Film ini menyoroti sebuah kisah perjuangan rakyat Palestina dalam mempertahankan tanah mereka dari pembongkaran dan penghancuran yang dilakukan oleh militer Israel.
Dengan keberhasilan ini, film tersebut berhasil membawa perhatian global pada kisah yang jarang terdengar di media mainstream, yakni penderitaan warga Palestina yang hidup dalam ketidakpastian dan ancaman pengusiran setiap hari.
Film ini mengikuti perjalanan Basel Adra, seorang aktivis Palestina yang berdedikasi untuk mendokumentasikan kehidupan di desanya, Masafer Yatta, yang terletak di wilayah pendudukan Palestina.
Dalam periode antara tahun 2019~2023, Basel merekam bagaimana kehidupan sehari-hari warga desa tersebut terus-menerus dihancurkan oleh kebijakan militer yang agresif.
Pembongkaran rumah, penyerangan pemukim Israel, serta pemindahan paksa warga menjadi bagian dari rutinitas yang harus mereka hadapi setiap hari.
No Other Land menyajikan gambaran yang jujur dan menyentuh hati tentang ketidakadilan yang terjadi di wilayah yang telah terperangkap dalam konflik bertahun-tahun ini.
Dalam pidato kemenangannya di Oscar atas No Other Land, Basel Adra menyampaikan pesan yang begitu emosional.
"Sekitar dua bulan yang lalu, saya menjadi seorang ayah, dan saya berharap kepada putri saya bahwa dia tidak akan menjalani kehidupan yang sama seperti yang saya jalani sekarang," ungkap Basel.
"Kehidupan yang selalu diliputi ketakutan terhadap pemukim baru, kekerasan, penghancuran rumah, dan pemindahan paksa yang kami alami setiap hari di bawah pendudukan Israel," tuturnya lagi.
Tidak hanya sekadar pidato kemenangan, tetapi juga menjadi seruan global untuk dunia internasional untuk lebih serius menangani ketidakadilan yang terjadi di Palestina.
"Kami menyerukan kepada dunia untuk mengambil tindakan serius guna menghentikan ketidakadilan dan pembersihan etnis terhadap rakyat Palestina," tambahnya.
Kata-kata ini menjadi panggilan bagi masyarakat internasional untuk lebih aktif dalam mencari solusi bagi krisis yang telah berlangsung lebih dari enam dekade.
Yuval Abraham, sutradara No Other Land juga turut memberikan pandangannya yang kritis terhadap situasi yang dihadapi oleh Basel dan warga Palestina.
"Saya melihat Basel seperti saudara saya. Saya bebas di bawah hukum sipil, sementara Basel hidup di bawah hukum militer yang menghancurkan hidupnya. Ada jalan lain, belum terlambat untuk kehidupan yang lebih baik bagi semua orang.” ujar Yuval.
Kemenangan No Other Land tidak hanya mencerminkan keberhasilan dalam dunia perfilman, tetapi juga memperkuat seruan global untuk keadilan bagi rakyat Palestina.
Melalui dokumentasi yang sangat mendalam dan nyata, film ini tidak hanya berhasil meraih penghargaan, tetapi juga membawa perhatian dunia pada realitas yang telah lama diabaikan.
Kini, No Other Land menjadi simbol perjuangan yang belum usai, dan sebuah panggilan untuk dunia internasional agar lebih peduli terhadap nasib rakyat Palestina yang terpinggirkan.
Editor : Khasan Rochmad