MALANG - Geliat seni rupa kembali terasa di Kota Malang lewat pameran tunggal keempat seniman muda Aliya Murdoko. Mengangkat tema "Cerita Panji, Menafsir Tradisi Topeng Malangan", pameran ini membuka ruang tafsir baru terhadap warisan budaya lokal yang mulai terlupakan.
Pameran resmi dibuka pada Minggu, 3 Agustus 2025 di Malang Creative Center (MCC), lantai 5, Jalan A. Yani No. 53, Blimbing, Malang. Karya-karya Aliya dipamerkan hingga 16 Agustus 2025, dan bisa dikunjungi setiap hari pukul 08.00–21.00 WIB.
Dalam pameran ini, Aliya Murdoko, kembali menghadirkan tafsir visualnya terhadap kekayaan budaya lokal. Melalui karya lukisnya, remaja berusia 15 tahun asal Kota Malang ini menafsirkan kisah Panji dan tradisi Topeng Malangan dengan pendekatan imajinatif dan teknik yang terus berkembang. Ini merupakan kelanjutan dari pameran tunggal keduanya tahun lalu yang bertajuk "Panji Sacrifice."
Nama Aliya tidak asing di panggung seni rupa internasional. Sejak usia 3,5 tahun, ia telah berpartisipasi dalam berbagai pameran dan festival seni anak di Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Jerman, Rusia, Latvia, hingga India. Ia juga telah mengoleksi lebih dari 150 penghargaan seni rupa tingkat dunia.
Baca Juga : Gelar Pemeran Tunggal di Surabaya, Siswi SD Kusuma Husna Tampilkan 14 Karya
Kurator pameran, Arik S. Wartono, memuji pendekatan Aliya dalam menafsirkan cerita Panji. Ia menyebut karya-karya Aliya sebagai “tafsir bebas sesuai imajinasi dan pemahaman Aliya”, yang justru menjadi kekuatan utama seniman muda ini.
“Di tangan Aliya Murdoko, cerita Panji terutama dari sumber tari Topeng Malangan dan Hikayat Panji Semirang ditafsirkan secara visual melalui karya-karya lukisnya, menjadi versinya sendiri,” ujar pendiri Sanggar Daun ini.
Lebih lanjut, Arik menilai proses kreatif Aliya sejalan dengan filosofi pendidikan seni ala Ki Hajar Dewantara, yakni niteni, nirokke, nambahi.
“Ia memperhatikan detail cerita Panji (niteni), mengambil beberapa visual karakter dari Topeng Malangan (nirokke), lalu melakukan eksperimen yang menjadi tafsir visual menurut versinya sendiri (nambahi),” tambahnya.
Salah satu karya yang menonjol dalam pameran ini adalah "Pelarian Candrakirana", lukisan yang memadukan teknik oil-on-water dan akrilik. Lukisan ini menggambarkan tokoh Candra Kirana menaiki kuda putih, melintasi semesta, sebagai simbol perjalanan spiritual mencari makna dan kebebasan jiwa.
Melalui pameran ini, Aliya Murdoko tidak hanya memperlihatkan kematangan teknis dalam berkarya, tetapi juga membuktikan kemampuannya merespon tradisi budaya dengan perspektif baru yang segar dan reflektif. (*)
Editor : A. Ramadhan