KEDIRI - Di Desa Tambakrejo, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri, terdapat sebuah masjid bersejarah yang masih berdiri kokoh hingga saat ini. Masjid Tua Baiturrahman, yang dibangun pada abad ke-18, bukan hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga menjadi saksi bisu perjalanan sejarah Islam di Kediri.
Masjid Baiturrahman memiliki keunikan tersendiri, terutama pada ornamen lafadz "Lillah" yang tersebar di hampir seluruh bagian bangunan. Lafadz ini tidak hanya memperindah tampilan masjid, tetapi juga memiliki makna spiritual yang mendalam. Menurut Takmir Masjid, Zeni Thoyyib, lafadz "Lillah" tersebut menjadi pengingat bagi jamaah bahwa segala ibadah harus dilakukan semata-mata karena Allah (Lillahi ta'ala). Lafadz ini dapat ditemukan di berbagai bagian masjid, mulai dari tiang penyangga, dinding, pintu, jendela, hingga usuk kayu panjang atau bambu di bagian atap.
Masjid yang dibangun pada tahun 1830-an ini awalnya berukuran kecil. Namun, pada tahun 1920, masjid ini mengalami renovasi untuk mengganti bagian-bagian yang sudah rapuh. Nama "Baiturrahman" sendiri diambil dari nama pendirinya, yaitu Kyai Abdurrahman, seorang tokoh agama yang sangat dihormati pada masa itu.
Selain keunikan ornamennya, Masjid Baiturrahman juga memiliki dua menara tua setinggi sekitar 20 meter. Pada zaman dahulu, menara ini digunakan untuk mengumandangkan azan secara manual, dengan muadzin naik ke atas menara.
Baca Juga : Masjid Baiturrahman Kabupaten Kediri: Tempat Ibadah yang Menyimpan Sejarah Panjang
Hingga kini, Masjid Baiturrahman masih aktif digunakan untuk ibadah, baik untuk salat lima waktu maupun salat tarawih pada bulan Ramadan. Keberadaannya tidak hanya menjadi pusat kegiatan keagamaan, tetapi juga sebagai warisan sejarah yang patut dilestarikan. (Muhammad Zainurofi)
Editor : JTV Kediri