Literasi adalah kemampuan seseorang dalam menelaah dan memahami suatu informasi saat membaca dan menulis. Definisi literasi selalu berubah seiring dengan perkembangan zaman.
Jika dulu definisi literasi adalah kemampuan seseorang dalam membaca dan menulis. Saat ini, istilah literasi sudah banyak digunakan dalam arti yang lebih luas dan sudah merambah pada persoalan sosial, politik, dan budaya.
Definisi baru dari literasi menunjukkan cara pandang baru dalam upaya memahami arti literasi dan pembelajarannya.
Saat ini, ungkapan literasi memiliki banyak jenis, seperti literasi digital, literasi informasi, literasi budaya, literasi finansial, dan lain sebagainya.
Baca Juga : Perluas Fasilitas Siswa, Sekolah Ciputra Resmi Luncurkan Innovation and Entrepreneurship Hub Building
Literasi mempunyai manfaat yang sangat luas, baik bagi individu maupun masyarakat. Secara individu, literasi membantu dalam mengembangkan pengetahuan, meningkatkan kemampuan berpikir, dan mendorong kreativitas diri.
Dengan mengetahui informasi yang beragam, individu dapat mengambil keputusan yang tepat dan tentunya diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam dunia kerja, literasi dapat membuka peluang kerja lebih besar, karena kemampuan membaca, menulis, dan memahami berbagai informasi adalah keterampilan dasar yang diperlukan dalam berbagai bidang.
Baca Juga : Literasi Kunci Masa Depan
Kemampuan literasi juga berpengaruh pada manajemen keuangan yang baik, sehingga seseorang dapat merencanakan masa depan secara lebih efisien.
Secara sosial, literasi memperkuat partisipasi kita dalam berdiskusi dan mengambil keputusan, mengurangi ketimpangan sosial, serta menciptakan masyarakat yang lebih inklusif.
Di tengah perkembangan zaman yang semakin pesat, isu minimnya literasi menjadi tantangan besar yang perlu dihadapi.
Baca Juga : Nasib Pendidikan di Indonesia yang Tak Kunjung Membaik
Minimnya literasi memiliki arti bahwa rendahnya kemampuan individu atau masyarakat dalam hal memahami, menganalisis, dan menggunakan informasi secara efektif.
Salah satu contoh nyata dari minimnya literasi di tengah perkembangan zaman dapat dilihat dari tingginya angka penyebaran berita palsu atau hoaks, terutama melalui media sosial.
Teknologi membuat informasi menyebar dengan lebih cepat, akan tetapi tidak semua individu memiliki kemampuan untuk mengevaluasi kebenaran informasi tersebut.
Baca Juga : Guru SMP di Malang Membuat Briket dari Sampah Organik
Banyak orang yang cenderung percaya dan membagikan informasi tanpa melakukan pengecekan terlebih dahulu, yang pada akhirnya dapat menimbulkan keresahan di masyarakat.
Misalnya, selama pandemi Covid-19 lalu, banyak informasi salah terkait vaksinasi dan pengobatan yang beredar luas.
Akibatnya, sebagian masyarakat menjadi ragu untuk divaksinasi atau malah memilih pengobatan yang tidak sesuai dengan prosedur medis. Ini menunjukkan bahwa literasi informasi, masih rendah di kalangan masyarakat.
Baca Juga : Kunjungan Industri SMK Negeri 1 Patrol Kunjungi Kantor JTV Malang
Selain itu, rendahnya literasi digital juga menjadi masalah besar. Di tengah perkembangan dalam dunia digital, kemampuan untuk menggunakan teknologi secara efektif dan aman adalah suatu keharusan.
Sayangnya, masih banyak orang yang hanya bisa menggunakan perangkat digital tanpa memahami cara kerja dan risikonya.
Sebagai contoh, banyak pengguna internet yang menjadi korban penipuan online atau pencurian data pribadi karena kurangnya pengetahuan tentang keamanan digital.
Padahal, di era yang serba terhubung ini, literasi digital menjadi salah satu keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh setiap individu untuk melindungi diri mereka sendiri dari ancaman di dunia maya.
Minimnya literasi juga memengaruhi kualitas kehidupan sehari-hari masyarakat. Literasi finansial misalnya, adalah salah satu aspek penting yang sering diabaikan.
Kemampuan untuk mengelola keuangan menjadi sangat penting. Namun, banyak masyarakat yang tidak mempunyai pengetahuan dasar tentang perencanaan keuangan, sehingga rentan terhadap penipuan investasi dsb.
Rendahnya literasi finansial ini tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Penyebab utama dari rendahnya tingkat literasi adalah kurangnya pendidikan bagi sebagian besar orang diberbagai lapisan masyarakat.
Pendidikan adalah fondasi utama untuk menciptakan masyarakat yang berliterasi tinggi. Pendidikan yang tidak merata terutama di daerah-daerah terpencil, semakin memperparah masalah ini.
Pada era teknologi, seharusnya menjadi jembatan untuk mengatasi kesenjangan tetapi banyak individu justru tertinggal karena mereka tidak memiliki akses dan kurang memahami dalam memanfaatkan teknologi tersebut.
Berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), tingkat pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah, yaitu 14,6 persen.
Persentase ini jauh lebih rendah dibandingkan negara Malaysia yang mencapai angka 28 persen dan Singapura yang mencapai angka 33 persen.
Hal ini menunjukkan bahwa cara utama untuk mengatasi minimnya literasi adalah meningkatkan sistem pendidikan yang masih jauh dari kata tinggi.
Perlunya perubahan pada kurikulum pendidikan agar literasi sebagai bagian dari pembelajaran wajib.
Selain itu, pelatihan literasi juga perlu diperluas sampai ke kalangan dewasa melalui program pendidikan masyarakat, terutama bagi mereka yang tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendidikan formal yang memadai.
Ketersediaan buku-buku bacaan untuk para siswa juga perlu diperhatikan dengan harapan dapat memotivasi siswa untuk memperluas pengetahuannya.
Selain peran pendidikan yang menjadi cara utama, adanya dukungan dari pemerintah dan sektor swasta juga diperlukan untuk mengatasi minimnya literasi.
Pemerintah dan sektor swasta harus bekerja sama untuk meningkatkan akses teknologi dan informasi bagi seluruh lapisan masyarakat.
Infrastruktur harus dibangun hingga ke daerah-daerah yang terpencil agar semua orang dapat mengakses informasi dengan mudah.
Selain itu, pelatihan tentang penggunaan teknologi yang aman dan efektif perlu dilakukan secara berkala. Hal ini bertujuan supayamasyarakat tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga berwawasan.
Secara tidak langsung, ini menumbuhkan kebiasaan berliterasi dengan memanfaatkan teknologi serta sarana yang ada untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.
Masyarakat sendiri juga perlu sadar dalam meningkatkan literasi mereka. Kemampuan untuk belajar secara mandiri adalah salah satu keterampilan penting yang perlu dikembangkan.
Pada era internet, banyak sumber daya pendidikan yang dapat diakses secara gratis, seperti kursus online, video edukasi, dan artikel informatif.
Dengan memanfaatkan sumber daya ini, masyarakat dapat terus belajar dan meningkatkan kemampuan mereka, meskipun tidak terlibat dalam pendidikan formal.
Keterampilan seseorang dalam hal literasi akan memengaruhi pengetahuan serta meningkatkan nilai karakter.
Dengan adanya kemampuan literasi, dapat dipastikan individu tersebut akan mempunyai segudang pengetahuan yang akan membantu dirinya dalam melakukan banyak hal yang belum ia kuasai sebelumnya.
Hal tersebut membuat individu dengan kemampuan literasi yang baik memiliki kualitas dibandingkan dengan individu yang minim akan literasi.
Oleh karena itu, literasi yang baik harus tetap ditingkatkan bahkan harus menjadikannya sebuah budaya. Minimnya literasi di tengah perkembangan zaman adalah masalah yang umum terjadi, tetapi bukan suatu hal yang tidak dapat diatasi.
Banyaknya masyarakat yang minim akan literasi mengakibatkan adanya hal negatif yang terjadi dalam diri individu tersebut. Tentunya, ini dapat berpotensi menyebabkan dampak sosial yang lebih luas.
Dengan adanya kerja sama antara pemerintah, lembaga pendidikan, sektor swasta, dan masyarakat, kita dapat menciptakan lingkungan yang mendukung pengembangan literasi di semua aspek kehidupan.
Hal tersebut membuat minimnya literasi yang menjadi masalah utama dapat diminimalisir. Literasi yang baik tidak hanya akan membantu individu untuk beradaptasi dengan perubahan zaman.
Namun, hal itu juga akan mendorong terciptanya masyarakat yang lebih kritis dan siap menghadapi tantangan di masa depan.
Perubahan ini tidak akan terjadi secara instan, tetapi langkah kecil yang konsisten akan membawa kita menuju pencapaian yang diharapkan.
*) Risma Widiasih, Mahasiswa Program Studi Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi
Editor : Khasan Rochmad