SURABAYA - Di tengah tugas dan deadline yang mencekik, Imam Rifqi Wicaksono masih sempat membagi waktunya untuk berkarier dan berkarya di bidang fotografi.
Berbekal dengan kamera yang dimilikinya, ribuan kenangan akan tersimpan dalam sebuah kartu memori. Ketertarikannya dalam dunia fotografi membawanya menyelami seluk beluk tentang seni pengambilan gambar ini.
Jadi, apa yang membuat mahasiswa UPN Veteran Jawa Timur ini tertarik dalam dunia fotografi? Lalu, bagaimana perjalanannya membangun karier sembari menjalani kuliah? Mari simak kisahnya berikut ini.
Imam Rifqi Wicaksono memulai kariernya di dunia fotografi sejak lulus SMA. Mahasiswa kelahiran 21 Juni 2003 ini awalnya mencoba untuk ikut dengan teman-temannya mempelajari fotografi.
Baca Juga : Mahasiswa Asal Sumenep Alami Kecelakaan, Meninggal di Tempat Kejadian
Namun, frekuensi mereka untuk mengambil job foto tidak terlalu sering. Imam juga mengungkapkan setelah masuk kuliah dia bertemu dengan Felix, yang merupakan teman satu jurusan.
Secara kebetulan, Imam dan Felix memiliki hobi yang sama di bidang fotografi. Sejak saat itu, berdirilah akun Instagram @qilix.production, yang merupakan titik awal karier Imam dalam dunia fotografi.
“Sebenarnya saya mulai menekuni freelance ini dari setelah lulus SMA dengan join-an teman-teman saya, tetapi pada saat itu belum terlalu sering," jelas Imam ketika bercerita mengenai awal kariernya.
Baca Juga : Daftar Program Kampus Berdampak 2025: PKM dan P2MW Diluncurkan Terlebih Dahulu
"Hingga saat saya menemukan teman kuliah saya bernama Felix, yang memiliki ketertarikan di bidang yang sama dan kami sering melakukan job bareng mulai awal kuliah,” ujar Imam lagi.
Tentunya, di balik lancarnya karier Imam ketika menjadi seorang fotografer freelance, tidak lepas dari peran kedua orang tuanya yang sangan suportif.
Orang tua Imam selalu memberikan dukungan penuh kepada anaknya untuk terus berkarya. Tidak hanya dari orang tua, teman-temannya juga mendukung kariernya dalam fotografi,
Baca Juga : Kampus Berdampak, Program Lanjutan Merdeka Belajar Kampus Merdeka Resmi Diluncurkan
“Yang pertama, tentunya kedua orang tua saya yang telah banyak memfasilitasi gear dan alat-alat untuk menekuni minat saya di dunia fotografi, kemudian teman-teman saya mulai dari SMP sampai kuliah ini yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu sebagai pendukung saya," ujar Imam.
Mahasiswa penyuka musik R&B ini sangat bersyukur mendapatkan lingkungan yang mampu mendukung pekerjaannya sebagai fotografer freelance.
Baca Juga : Kemendikti Saintek dan Kemen PPPA Bersinergi Cegah Kekerasan di Lingkungan Kampus
Sejak semester satu, Imam dan Felix mendirikan qilix.production untuk wadah portofolio mereka ketika mendapatkan pekerjaan dari klien.
Tantangan yang dialami oleh Imam selama menjalani pekerjaan ini adalah bagaimana caranya membagi waktu antara kesibukan pekerjaan dan kegiatan perkuliahan. Memang tidak mudah, tetapi dia bisa mengatasi permasalahan tersebut dengan caranya sendiri.
Menurutnya, sumber proyek fotografi bisa dengan mudah didapat dari teman-temannya di kampus dan di luar kampus. Imam juga memiliki beberapa kenalan yang bisa menghubungkannya dengan klien-klien di luar sana yang membutuhkan jasanya.
Baca Juga : Mahasiswa, Musik, dan Passion: Perjalanan Baihaqi Yudhistira Menjalani Kuliah dan Hobi Bermusik
"Saya mendapatkan proyek-proyek fotografi tersebut kebanyakan dari teman dan juga kenalan saya," terang Imam menambahkan.
Dalam pekerjaan freelance, penting sekali untuk membangun relasi dengan orang lain. Dengan harapan, relasi tersebut mampu memperluas jangkauan agar dapat menarik klien dengan jumlah yang lebih banyak.
Berbicara tentang pekerjaan freelance, tentunya tidak ada peraturan yang mengikat dalam prosedurnya. Penjual jasa, dalam hal ini freelancer, tidak terikat jam kerja dan kewajiban-kewajiban lain seperti halnya pegawai kantoran.
Fleksibilitas waktu dan manajemen yang mudah adalah alasan Imam untuk memilih fotografer freelance sebagai jalan kariernya. Imam mampu memilah dan memilih pekerjaan apa saja yang diterima atau ditolak.
Ketika tidak bisa mengambil sebuah job, Imam akan memberikannya kepada fotografer freelance yang lain. Hal tersebut merupakan salah satu strategi dalam mengatur waktu antara pekerjaan dan perkuliahan.
Lebih lanjut, Imam menjelaskan tentang strateginya dalam membagi waktu, Imam mengatakan bahwa jangan sekali-kali menunda pekerjaan, takutnya nanti akan menumpuk dengan pekerjaan lain.
"Cara saya membagi waktu freelance dengan kuliah adalah dengan kata lain 'satset' saat selesai melakukan suatu job, saya langsung memindahkan foto mengedit serta mengirimkan kepada klien pada hari itu juga," terangnya.
"Jika klien meminta revisi di hari lain, terutama saat hari kuliah saya akan mementingkan kuliah saya terlebih dahulu baru merevisi sesuai keinginan klien. Jangan menunda-nunda pekerjaan takutnya numpuk di kemudian hari," jelasnya.
Strategi ini cukup efektif baginya, mengingat kesibukan Imam sebagai mahasiswa yang tentunya memprioritaskan perkuliahannya dibandingkan dengan pekerjaannya sebagai fotografer freelance.
Meskipun terhimpit kesibukan, mahasiswa berusia 21 tahun ini masih mampu mengatur jadwalnya dengan baik. Imam menyeimbangkan dua dunia antara pekerjaan dan perkuliahan dengan sama baiknya.
Semoga kisahnya menjadi pembelajaran bagi kita semua agar lebih pandai lagi dalam mengatur waktu kegiatan kita ketika sedang berhadapan dengan dua rutinitas yang menyibukkan dan menguras tenaga.
Editor : Khasan Rochmad