PROBOLINGGO - Tatanan tektonik Pulau Jawa utamanya dipengaruhi oleh proses subduksi ortogonal yang terjadi di bawah Samudra Hindia yang menciptakan variasi deformasi di Pulau Jawa, seperti sesar-sesar kompresional di depan busur yang salah satunya meliputi Sesar Probolinggo di Jawa Timur.
Keberadaan sesar-sesar aktif di darat ini memicu potensi bahaya gempa bumi yang dapat berdampak signifikan pada area di sepanjang sesar dan di sekitar episentrum. Bahaya yang mungkin timbul meliputi goncangan, retakan permukaan, longsor, dan likuifaksi. Dampak nyata dari kejadian gempa bumi akibat dari keberadaan sesar-sesar aktif di darat salah satunya terjadi di Kabupaten Cianjur, provinsi Jawa Barat, pada 21 November 2022 yang menimbulkan jatuhnya banyak korban jiwa dan kerugian material yang tidak sedikit.
Data gempabumi yang dimiliki oleh BMKG sejak tahun 2016-2024 mencatat adanya gempa mikro pada daerah Probolinggo – Situbondo - Bondowoso yang mengindikasikan adanya sesar aktif pada wilayah tersebut. Dugaan ini diperkuat oleh catatan gempa merusak yang terjadi di daerah
Situbondo pada 9 September 2007 yang dampaknya sejalan dengan hasil pemodelan “Earthquake Planning Scenario” dengan magnitude 5,9 yang menunjukkan adanya potensi dampak kerusakan ringan-sedang. Namun keberadaan dari sesar aktif tersebut perlu dikaji lebih mendalam. Sebagai Upaya mitigasi bencana gempabumi, maka BMKG bekerja sama dengan berbagai institusi terkait melaksanakan kegiatan Kajian Sesar Aktif untuk wilayah Jawa Timur yang berfokus pada sesar Probolinggo yang bertujuan untuk memahami dan mempelajari karakteristik dan mekanisme dari sesar tersebut.
Baca Juga : Gempa Magnitudo 4,9 Tidak Berpotensi Tsunami Guncang Malang
Pada kegiatan ini akan dilakukan pemetaan yang komprehensif terhadap sesar aktif untuk mengetahui posisi, geometri, dan wilayah patahan sesar, dari tingkat kabupaten hingga desa. Pemetaan ini sangat penting untuk memahami potensi bahaya gempa bumi di wilayah tersebut serta untuk melakukan mitigasi risiko bencana dan mempertimbangkan dampaknya yang signifikan bagi masyarakat. Mengingat lokasinya yang dekat dengan kota-kota besar seperti
Surabaya dan Probolinggo, serta obyek vital nasional seperti Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Paiton, kajian ini menjadi sangat relevan.
Kajian ini menerapkan berbagai metode investigasi permukaan (seperti geomorfologi tektonik, paleoseismologi, dan geologi kuarter) yang didukung oleh penelitian sub-surface menggunakan metode geofisika (seperti geolistrik dan georadar), studi pola seismisitas (seismologi), dan penyelidikan geologi sub-surface (melalui metode paleoseismic trenching).Survei lapangan di wilayah Jawa Timur secara umum akan dibagi menjadi beberapa tahap yang meliputi survei pendahuluan, akuisisi data lidar, geologi permukaan, geofisika, dan paleoseismologi (trenching). Kegiatan ini dimulai pada bulan Agustus hingga Desember 2024 di wilayah Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Bondowoso, dan Kabupaten Situbondo.
Baca Juga : BMKG Pasuruan Laporkan Aktivitas Gempa di Jatim Capai 114 Kejadian
Hasil dari kegatan ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang keberadaan sesar Probolinggo serta dampak yang diakibatkan dari aktivitas sesar tersebut. Informasi ini akan digunakan sebagai rekomendasi dalam Rencana Tata Ruang Wilayah pemerintah daerah setempat. Untuk mencapai hasil yang optimal, berbagai instansi dan lembaga terlibat dalam kegaitan ini,
meliputi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Badan Geologi, Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Teknologi Bandung (ITB),
Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta, Institut Teknologi Nasional Yogyakarta (ITNY), dan Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (STMKG) yang difasilitasi melalui pendanaan penuh World Bank melalui program Indonesia Disaster Resilience Initiatives Project (IDRIP).
Baca Juga : Belasan Desa di Trenggalek Rawan Gempa dan Tsunami, BPBD Susun SOP Penanggulangan Bencana
12 Agustus 2024
Plt. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan
Baca Juga : Fakta-Fakta Gempa Bumi Tuban: Kekuatan, Dampak, dan Imbauan BMKG
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
Rahmat Triyono, ST., Dipl. Seis, M.Sc
Editor : Ferry Maulina