BOJONEGORO - Menjelang peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus, ExxonMobil Cepu Limited (EMCL), operator Blok Cepu di bawah pengawasan SKK Migas, mengumumkan ditemukannya kolom minyak yang berada di atas sumur eksisting Lapangan Banyu Urip lewat pengeboran sumur pertama Banyu Urip Infil Clastic (BUIC).
Sumur B-13 ini merupakan yang pertama dari total 7 sumur yang dibor menggunakan rig PDSI-40.3 sejak 4 bulan lalu. Setelah beberapa hari berproduksi, sumur tersebut kini berproduksi 13.300 barel per hari, dan optimalisasi lebih lanjut terus dilakukan.
Tambahan produksi ini akan meningkatkan produksi minyak di Blok Cepu dan memperkuat ketahanan energi Indonesia.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif pada arahannya menyampaikan rasa syukurnya atas realisasi perdana produksi pemboran sumur infil clastic di tahun 2024 dan bisa menghasilkan 13.300 BOPD, sebagai menjadi kado kemerdekaan Republik Indonesia. Momen ini menjadi sarana mendorong optimisme atas masa depan industri hulu migas.
“Saat ini kita defisit minyak sehingga harus impor, harus terus dilakukan upaya meningkatkan produksi minyak, seperti yang telah dicanangkan bersama yaitu mencapai target 1 juta BOPD,” imbuh Arifin.
Terkait pencapaian target untuk gas bumi, Menteri Arifin optimistis bisa dicapai dengan adanya temuan-temuan besar di sektor gas yang saat ini didorong dapat segera diproduksi. Tantangan yang ada di industri hulu migas adalah di minyak dan mengharapkan masukan dan kontribusi dari berbagai pihak.
“Kami terbuka untuk menerima masukan-masukan positif bagaimana cara meningkatkan produksi minyak,” ujarnya.
Untuk itu, Menteri ESDM meminta upaya untuk peningkatan tidak hanya dari lapangan existing, tetapi juga adanya kegiatan seismik baru, eksplorasi baru yang bisa mempercepat pendeteksian sumur-sumur baru.
Indonesia masih banyak memiliki potensi minyak. Seperti di Blok Cepu yang hari ini sudah menghasilkan 630 juta barel dan berpotensi menghasilkan 1 miliar baru.
“Harus segera dilakukan percepatan eksplorasi agar segera ada kepastian. Pemerintah memberikan dukungan bagi Exxon untuk melakukan kegiatan seismik dan eksplorasi baru di wilayah lain,” tegas Arifin.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto pada kesempatan yang sama menyampaikan bahwa SKK Migas memberikan perhatian yang besar terhadap upaya menjaga produksi Lapangan Minyak Banyu Urip agar tetap optimal. Ini karena Banyu Urip adalah kontributor nomor dua (2) terbesar dengan kontribusinya yang mencapai sekitar 25% dari produksi nasional.
Dwi menambahkan bahwa produksi Lapangan Banyu Urip telah melampaui yang ditargetkan dalam plan of development (POD).
“Berkat berbagai upaya dan terobosan yang dilakukan oleh SKK Migas dan EMCL dalam menjaga kinerja lapangan, yaitu meningkatkan produksi dengan tetap memperhatikan kemampuan dan daya dukung reservoir yang ada,” katanya.
Setelah keberhasilan pemboran sumur pertama, diharapkan pada kuartal 4 tahun 2024 akan onstream pemboran sumur kedua dan memberikan tambahan produksi hingga 9.300 BOPD di tahun 2024.
Investasi untuk ketujuh pemboran sumur dengan ikut memperhitungkan pekerjaan subsurface mencapai US$ 203,5 juta atau setara Rp 3,25 triliun (kurs Rp 16.000 per USD) dan diperkirakan memberikan penambahan penerimaan negara sebesar US$ 2 miliar atau sekitar Rp 32 triliun serta diharapkan dapat memberikan tambahan minyak sebesar 42.92 MMSTB.
"Upaya-upaya tersebut dapat menjembatani potensi Indonesia dalam mencapai target 1 MMBOPD dan 12 BSCFD pada dekade ini. Potensi-potensi ini kita terus gali, tentunya demi meraih cita-cita jangka panjang untuk kemandirian energi,” tegas Dwi.
Lebih lanjut Dwi menyampaikan apresiasi dan rasa gembira atas informasi yang disampaikan oleh Ibu Carole J. Gall pada saat CEO Forum awal bulan ini, di mana ExxonMobil berkomitmen untuk melakukan joint study di Indonesia. Ini menunjukkan bahwa potensi hulu migas di Indonesia masih menjanjikan, dan untuk itu SKK Migas siap memberikan dukungan penuh atas apa-apa yang akan dilakukan oleh ExxonMobil untuk menemukan cadangan migas baru di Indonesia.
Carole Gall, Presiden ExxonMobil Indonesia, menambahkan, ExxonMobil berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan energi Indonesia secara aman, andal, dan efisien.
"Kami bangga atas hasil menggembirakan dari program pengeboran BUIC dan kami berterima kasih kepada Kementerian ESDM serta SKK Migas atas kepemimpinan dan kerja sama yang luar biasa,” kata Carole.
Kegiatan pengeboran BUIC menggunakan anjungan dan peralatan yang keseluruhannya dibuat di Indonesia dan dioperasikan oleh PT Pertamina Drilling Services Indonesia (PDSI) yang merupakan anak usaha PT Pertamina (Persero).
Pengeboran ini menunjukkan tingkat kompetensi PDSI di bidang pengeboran minyak dan gas bumi, serta dukungan industri hulu migas untuk tumbuh berkembangnya perusahaan nasional serta komitmen SKK Migas dan KKKS dalam mengimplementasikan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) di industri hulu migas.
Pengeboran BUIC ini juga melibatkan kontraktor lokal dan menyerap tenaga kerja setempat. Keterlibatan tersebut telah menambah nilai ekonomi di bagi masyarakat sekitar wilayah operasi. (*)
Editor : M Fakhrurrozi