SURABAYA - Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) menggelar pembukaan Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB). Kegiatan digelar secara online dampak aksi demo yang berakhir anarkis, pada Senin (1/9/2025).
“Mengingat kondisi di Surabaya khususnya dan Indonesia umumnya sedang tidak kondusif, sehingga keputusan ini diambil demi kenyamanan dan keamanan bersama,” ujar Rektor Unusa, Prof. Dr. Ir. Achmad Jazidie, M.Eng.
Rektor Achmad Jazidie menambahkan pelaksanaan PKKMB di Unusa ini bukan sekadar mengenalkan kehidupan kampus, tapi dirancang juga untuk menanamkan nilai kebangsaan dan membentuk karakter, sejalan dengan tema yang diangkat, Empowering With VISION: Values Driven Inovation for A Sustainable Future.
“Diharapkan para mahasiswa baru Unusa mampu mengintegrasikan nilai-nilai kebajikan (values) dalam setiap inovasi yang diciptakan,” tambahnya.
Baca Juga : Mahasiswa UNUSA Juara Umum Porseni Tingkat Nasional NU 2023
Achmad Jazidie menegaskan di Unusa mahasiswa baru akan ditempa menjadi manusia terbaik yang sebesar-besarnya dapat memberikan manfaat bagi sesama manusia. Kurikulum Unusa memungkinkan mahasiswa memiliki kompetensi menyeluruh.
“Terkait pengetahuan, keterampilan, dan attitude atau tata krama,” bebernya.
Tiga kompetensi ini diyakini sangat dibutuhkan ketika terjun di dunia kerja serta berada ditengah-tengah masyarakat yang tuntutannya semakin kompleks. Dengan dibekali berbagai materi, harapannya para mahasiswa baru dapat terstimulus juga menyulut motivasi mahasiswa baru dalam mencintai kebaikan.
Baca Juga : Unik, Lulusan Dokter Unusa Wajib Hapal Juz Amma
“Menjadi pribadi yang mencintai kebenaran dan tanah air, saudara-saudara harus aktif dalam kemahasiswaan namun juga jangan lalai dalam akademik. Kampus ini (Unusa, red) menjunjung tinggi pemimpin yang anti korupsi, kolusi, nepotisme, hingga pamer kemewahan di tengah penderitaan rakyat,” jelasnya.
Ada sekitar 4.600 mahasiswa baru Unusa, termasuk mahasiswa program pendidikan guru (PPG) dan sekitar 1.450 mahasiswa yang mengikuti kegiatan PKKMB. Rektor Unusa juga menyampaikan bahwa Unusa baru saja memperingati hari lahir yang ke-12.
“Di usia yang ke-10 tahun, Unusa jadi salah satu dari 100 perguruan tinggi negeri dan swasta di Indonesia yang terakreditasi Unggul, dari ribuan perguruan tinggi yang ada,” ungkapnya.
Baca Juga : Hari Santri 2023, Unusa Jadi Tuan Rumah Grand Final Duta Santri Nasional
Pada 2024 Unusa juga berhasil mencapai peringkat 35 perguruan tinggi nasional versi Webometric. Serta penelitiaan dan pengabdian masyarakatnya berada klaster mandiri, yang mana merupakan klaster tertinggi penelitian.
“Dan dari ribuan perguruan tinggi di Indonesia, tidak lebih dari 100 yang mencapai klaster mandiri tersebut,” tuturnya.
Tahun ini Unusa juga telah masuk ranking THE Impact Ranking dari 71 perguruan tinggi di Indonesia yang masuk pemeringkatan tersebut. Hal ini menunjukkan kontribusi Unusa dalam SDGs poin 3,4,5,6, dan 17.
Baca Juga : Atlet Ski Air Nasional Disumpah dan Dilantik Jadi Dokter di Kampus Unusa
Rektor juga mengajak para peserta PKKMB dan panitia untuk mendoakan saudara-saudara yang gugur dalam memperjuangkan niat baiknya demi Indonesia.
“Khususnya saudara kita Affan Kurniawan, Al-fatihah,” terangnya.
Baca Juga : 119 Mahasiswa Unusa Sukseskan Imunisasi SUB PIN Polio Bersama Dinkes Surabaya
Kegiatan PKKMB di Unusa ini menghadirkan Ketua Pusat Studi Islam dan Kenegaraan Indonesia (PSIK-Indonesia), Prof. Yudi Latif, MA., Ph.D. Dalam pemaparannya, Prof. Yudi Latif menjelaskan tentang Kehidupan Berbangsa, Bernegara, Jati Diri Bangsa, dan Pembinaan Kesadaran Bela Negara.
“Mahasiswa berperan penting dalam jejak sejarah Indonesia. Usia mahasiswa saat ini adalah usia yang cukup matang untuk berpikir. Belajar tidak hanya untuk menjadi ilmuwan, tetapi juga untuk membangun bangsanya. Namun, masalahnya generasi sekarang kurang tertantang dalam proses aktualisasi diri,” lanjutnya.
Menurutnya, tantangan yang dihadapi generasi kini bukan lagi penjajahan dari luar, melainkan kerumitan tata kelola dengan konflik kepentingan yang begitu besar. Oleh karena itu, ia mendorong generasi muda untuk hadir sebagai sosok yang bijak, cerdas, dan mampu memberikan solusi.
“Mahasiswa perlu memiliki nalar dan nurani yang cerdas. Kritis harus tetap dikukuhkan, karena itu adalah bentuk tanggung jawab moral sebagai intelektual. Namun, kita harus membedakan sikap kritis dengan barbaris. Kritis berarti membangun, sementara barbaris justru merusak. Dan bangsa ini membutuhkan generasi yang kritis secara sehat, penuh gagasan maupun inovasi, dan mampu berkontribusi nyata” tegasnya.
Ia menambahkan, dalam pembangunan bangsa diperlukan modal integritas dan modal nilai yang menjadi jaminan saling percaya antarwarga.
“Dan pendidikan menjadi jalan utama untuk membangun bangsa ini. Bukan hanya pendidikan dalam pengetahuan, tetapi juga keterampilan, hingga pembentukan karakter. Dan generasi muda harus memiliki soft skill yang kuat untuk menambah nilai dalam dirinya,” jelasnya. (*)
Editor : M Fakhrurrozi