MAGETAN - Anjloknya harga tomat membuat para petani di Kabupaten Magetan harus kembali menelan pil pahit.

Dalam beberapa minggu terakhir, harga jual tomat di tingkat petani merosot drastis hingga hanya berkisar Rp2.000–Rp2.500 per kilogram, jauh dari harga normal yang sebelumnya mencapai Rp25.000 per kilogram.

Akibat penurunan harga yang tajam ini, banyak petani memilih membiarkan tomat mereka membusuk di ladang daripada memanennya. Biaya panen, tenaga kerja, dan transportasi dinilai tidak sebanding dengan hasil yang akan diterima.

“Kalau dipanen justru tambah rugi. Harga jualnya murah sekali, sedangkan biaya pupuk dan perawatan sudah tinggi,” keluh Suginah, salah satu petani tomat di Kecamatan Plaosan, Kamis (9/10/2025).

Baca Juga :   Harga Tomat Anjlok Tajam, Petani Magetan Pilih Biarkan Panen Membusuk di Ladang

Pantauan di sejumlah lahan tomat di wilayah Magetan menunjukkan banyak tanaman yang dibiarkan kering dan tak lagi dirawat. Beberapa petani bahkan mulai berencana mengganti komoditas tanaman mereka ke tanaman lain yang lebih menguntungkan, seperti cabai atau kubis.

Penurunan harga ini disinyalir akibat melimpahnya stok tomat dari berbagai daerah di Jawa Timur dan minimnya permintaan pasar. Kondisi tersebut membuat harga di tingkat petani jatuh bebas, sementara biaya produksi tetap tinggi.

Para petani berharap ada campur tangan pemerintah untuk membantu menstabilkan harga dan memberikan solusi jangka panjang. “Kami hanya ingin harga kembali normal, biar bisa menanam lagi tanpa takut rugi,” tambah nya.

Baca Juga :   Serapan Pupuk Subsidi Di Magetan Capai 60 Persen, Distribusi Berjalan Lancar

Dengan kondisi seperti ini, sebagian besar petani tomat di Magetan terpaksa menanggung kerugian besar dan kehilangan semangat untuk melanjutkan musim tanam berikutnya. (Ramdhan Rio/Fadillah Putri)