JOMBANG - Di Jombang, Jawa Timur, tepatnya di Desa Plumbon Gambang, Gudo, terdapat sentra kerajinan manik-manik kaca yang telah mendunia.
Usaha ini berawal pada tahun 1980-an, ketika Bapak Suloso dan sang kakak merupakan pengrajin akik dari kaca.
Bermodal kreativitas, mereka berinovasi dengan menambahkan lubang pada akik, sesuatu yang sederhana hingga akhirnya menjadi cikal bakal inovasi baru.
Dari eksperimen kecil tersebut, mereka beralih ke produksi manik-manik kaca hingga akhirnya berdirilah Griya Manik pada tahun 2000 sebagai pabrik dan pusat bahan baku utama manik-manik di Gudo.
Kini, di tahun 2024, Griya Manik telah menjadi penggerak ekonomi lokal. Saat ini, telah ada 94 rumah produksi di sekitar Gudo yang bergantung pada bahan baku dari Griya Manik untuk menciptakan berbagai produk manik-manik bernilai seni tinggi.
Griya Manik berhasil menciptakan ekosistem yang tidak hanya memutar roda ekonomi lokal, tetapi juga mengangkat nama Gudo sebagai sentra produksi manik-manik kaca.
Keunikan manik-manik kaca Gudo juga terletak pada bahan bakunya, yaitu kaca bekas yang direklamasi. Kaca bening atau putih dipilih karena lebih mudah diwarnai.
Proses produksi dimulai dengan memilah kaca yang layak, kemudian diracik dan diberi pewarna. Kaca dilelehkan hingga berbentuk seperti gulali, lalu dibentuk menjadi lonjoran panjang.
Lonjoran panjang tersebut yang kemudian diolah oleh pekerja di Griya Manik serta distribusikan ke beberapa rumah produksi untuk dibentuk menjadi manik-manik.
Pemasaran produk manik-manik kaca ini tidak hanya dilakukan secara konvensional melalui pameran, tetapi juga melalui platform online seperti Shopee, TikTok, dan Instagram.
Selain itu, Pak Suloso juga aktif mengadakan pelatihan ke sekolah-sekolah sebagai upaya memperkenalkan dan melestarikan kerajinan ini.
Dalam satu bulan, Griya Manik biasa memproduksi lebih dari 50 kg manik-manik, dengan omzet berkisar antara Rp70–Rp100 juta. Angka ini menunjukkan betapa besar potensi ekonomi yang dihasilkan dari kerajinan lokal ini.
Saat ini, sekitar 70–80 persen hasil produksi diekspor ke mancanegara. Negara-negara seperti China, Malaysia, Thailand, Filipina, Amerika Serikat, Turki, Spanyol, dan Australia menjadi tujuan utama ekspor.
Namun, keberhasilan usaha ini tidak lepas dari tantangan. Salah satu kendala terbesar adalah status legalitas usaha yang belum berbentuk CV atau PT.
Akibatnya, proses ekspor masih harus menggunakan nama perusahaan mitra sehingga membatasi potensi perkembangan usaha.
Selain itu, minat generasi muda terhadap kerajinan tradisional ini masih rendah sehingga dikhawatirkan akan berdampak pada keberlangsungan usaha di masa depan.
Namun, Griya Manik tetap optimis dengan terus meningkatkan branding, membuka peluang kolaborasi, dan mendapatkan dukungan dari pemerintah untuk mempermudah proses ekspor, kerajinan manik-manik kaca Gudo ini diharapkan dapat semakin bersinar di pasar global.
Selain itu, pelatihan dan edukasi yang berkelanjutan diharapkan mampu menarik minat generasi muda untuk ikut melestarikan tradisi ini.
Editor : Khasan Rochmad