NGAWI - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ngawi menggelar pasar murah sebagai bentuk intervensi terhadap lonjakan harga bahan pokok, terutama beras. Namun, upaya ini dinilai belum cukup untuk meredam harga di pasaran yang terus melambung seiring kenaikan harga pembelian pemerintah (HPP) gabah kering panen.
Pasar murah yang digelar Dinas Perdagangan, Perindustrian, dan Tenaga Kerja Kabupaten Ngawi terlihat sepi pembeli. Hanya beberapa stan menyediakan kebutuhan pokok seperti beras, gula pasir, telur ayam ras, dan minyak goreng. Salah seorang warga, Sutinem, mengaku hanya membeli beras dan telur karena harga di pasaran sudah terlalu mahal.
“Harga beras medium di pasar sudah tembus Rp14.000 per kilogram. Itu cukup memberatkan, apalagi saya juga petani. Produksi padi terganggu hama tikus, banyak lahan gagal panen,” kata Sutinem.
Bupati Ngawi Ony Anwar Harsono membenarkan kenaikan harga beras disebabkan meningkatnya HPP gabah kering panen hingga Rp6.500 per kilogram. Hal ini otomatis mempengaruhi biaya produksi dan distribusi beras di tingkat pedagang.
Baca Juga : Alokasikan Rp4 Miliar, Dinas Pendidikan Ngawi Rehab 36 Sekolah Dasar dan SMP
“Kami mendorong intervensi pemerintah pusat lewat penyaluran beras SPHP Bulog agar harga beras di pasar lebih terkendali,” ujar Ony Anwar.
Meski Ngawi dikenal sebagai salah satu lumbung pangan, harga beras kualitas medium di daerah ini tetap bertahan di kisaran Rp13.500 hingga Rp14.000 per kilogram. Padahal, harga ideal usai penyesuaian kenaikan HPP gabah seharusnya hanya berada di angka Rp13.000 per kilogram.
Editor : JTV Madiun