PACITAN - Kondisi memprihatinkan dialami SDN 2 Ketro Harjo, Kecamatan Tulakan, Kabupaten Pacitan. Akibat termakan usia, bangunan sekolah tersebut mengalami kerusakan parah di berbagai bagian, mulai dari jendela, pintu, hingga atap plafon yang lapuk dan rawan ambruk. Situasi ini dikhawatirkan mengganggu serta membahayakan proses belajar mengajar para siswa.

Kepala SDN 2 Ketro Harjo, Sukardi, mengungkapkan bahwa lebih dari 50 persen gedung sekolah mengalami kerusakan. Yang paling memprihatinkan berada di ruang kelas 1, 2, dan 3, termasuk ruang perpustakaan.

“Sejumlah pintu dan atap sekolah kondisinya sangat rawan ambruk, apalagi saat musim hujan. Kami sangat khawatir, namun proses belajar mengajar tetap berjalan,” ujar Sukardi.

Selain kondisi bangunan, fasilitas penunjang belajar seperti meja dan kursi siswa juga banyak yang sudah lapuk dan rusak. Hal ini semakin memperparah situasi dan menambah risiko bagi keselamatan siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

Baca Juga :   Razia Kos-kosan dan Penginapan di Pacitan, Tujuh Pasangan Tak Sah Diamankan

Menurut Sukardi, sekolah terakhir kali sekokah yang juga berbatasan dengan Kabupaten Ponorogo itu mendapatkan perbaikan pada tahun 2017 lalu, itupun hanya mencakup tiga ruang kelas. Sejak itu, pihak sekolah telah beberapa kali mengajukan bantuan ke Dinas Pendidikan, namun belum ada realisasi konkret.

“Kita sudah sering mengusulkan agar SDN 2 Ketro Harjo ini dilakukan perbaikan, tapi ya belum ada tindak lanjut, padahal kondisi gedung sudah sangat mengkhawatirkan,” tambahnya.

Meski demikian, aktivitas belajar mengajar di sekolah tetap dilaksanakan seperti biasa. Para guru hanya bisa mengimbau siswa untuk menjauhi bagian bangunan yang sudah rapuh agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Pihak sekolah berharap tindakan cepat segera diambil karena keselamatan siswa adalah prioritas utama. “Jangan sampai ada korban,” tegas Sukardi.

Baca Juga :   Gedung SDN 2 Ketro Harjo Pacitan Rusak Parah, Proses Belajar Terancam

Saat ini, SDN 2 Ketro Harjo memiliki total 85 siswa dan 9 guru. Rinciannya, 2 guru berstatus PNS, 4 guru P3K, dan 3 lainnya merupakan Guru Tidak Tetap (GTT).

Pihak sekolah berharap pemerintah daerah melalui Dinas Pendidikan segera turun tangan untuk melakukan perbaikan demi keselamatan dan kenyamanan seluruh warga sekolah. (Edwin Adji)