PACITAN - Parmini, perempuan kelahiran 1965 itu adalah ibunda kandung dari Pratu Miftahul Arifin. Prajurit TNI yang sesuai rilis Mabes TNI sudah dipastikan gugur pada hari Sabtu (15/4/23) sekira pukul 16.30 WIT, setelah Tim 3 Badak 3 Satgas Yonif 322/GT/ terlibat kontak tembak dengan Kelompok Sparatis Teroris (KST) di Nduga Papua.
Pernikahan Parmini dengan Agus Santoso, memiliki dua anak yang pertama Miftahul arifin (28) dan aji dwi prasetya (20). Keluarga ini tinggal di Desa Nanggungan RT 04 RW 04 Dusun Krajan Kidul Kecamatan, Kabupaten Pacitan. Kini keluarga ini dirundung rasa duka, setelah putra pertamanya dikabarkan gugur dalam kontak tembak antara TNI dengan Kelompok Sparatis Teroris (KST) di Papua.
Parmini sempat sedikit belum percaya, namun setelah mendapat kabar resmi dari Yonif 321 yang ia terima melalui anak menantunya, Parmini pun syok."Sempat belum percaya, baru setelah ditelepon istri anak menantu saya baru percaya bahwa benar adanya," katanya.
Agus Santoso, saat itu sedang berada di sawah tak jauh dari rumahnya pun belum mengetahui kabar apapun. Dia dihampiri perangkat desa dan diajak pulang. "Sampai rumah saya lemas, tidak punya tenaga sama sekali setelah mendengar kalau anak pertama saya itu sudah tiada " terangnya.
Agus Santoso menceritakan, bahwa sebelum peristiwa itu terjadi hingga anaknya gugur dalam kontak tembak dengan Kelompok Sparatis Teroris di Papua, malam harinya Parmini bermimpi pergi berjalan ke hutan. Dalam mimpi itu Parmini ke hutan memakai sandal. Namun di tengah perjalanan ia harus kehilangan satu sandalnya.
"Pak aku mimpi seperti berada di dalam hutan. Di tengah perjalanan sepasang sandal yang saya pakai tiba-tiba satu terlepas dan hilang. Saya cari tidak ketemu. Tiba tiba terbangun. Ceritanya begitu mas, saya cuma diam tidak bisa menjawab," imbuhnya.
Dan mimpi itulah yang dia yakini sebagai firasat bahwa musibah menimpa putra pertama pasangan Agus Santoso-Parmini yakni Pratu Miftahul Arifin yang gugur saat menjalankan tugas.Kini keluarga petani itu harus kehilangan seorang putranya yang menjadi tumpuan keluarga. Dalam kondisi apapun keluarga berharap jasad Pratu Miftahul Arifin dipulangkan dan dimakamkan di tanah kelahirannya.
Reporter : Edwin Adji
Editor : Vita Ningrum