LUMAJANG - Pada Senin (30/9/2024) Desa Darungan, Kecamatan Yosowilangun, Lumajang, tampak ramai oleh antusiasme warga yang berbondong-bondong memperebutkan gunungan hasil bumi berupa sayuran dan buah-buahan serta 1000 tumpeng berbahan beras ketan.
Makanan olahan dari ketan seperti lepet, rengginang, lemper, enten-enten, rangin, dan onde-onde menjadi buruan utama dalam acara tahunan ini.
Tradisi unik ini merupakan ajang tahunan warga Desa Darungan untuk meningkatkan kerukunan serta sebagai bentuk rasa syukur atas kelimpahan berkah dan hasil panen yang melimpah.
Festival yang dikenal dengan nama Festival Ketan ini menampilkan gunungan hasil bumi dan aneka olahan ketan sebagai simbol pemersatu masyarakat, mengingat Desa Darungan merupakan salah satu sentra penghasil beras ketan di Lumajang.
Warga tampak sangat antusias mengikuti festival ini, meskipun sempat berdesakan dalam memperebutkan gunungan hasil bumi, warga mengaku senang dengan perayaan tahunan ini.
Seorang warga, Sri Bawon, mengungkapkan bahwa tradisi ini selalu ditunggu-tunggu setiap tahunnya karena memberikan kesempatan untuk bersyukur bersama sekaligus menikmati aneka olahan khas desa.
"Saya senang dapat ketan dan sayuran, ini mau dibuat oleh oleh." ungkapnya.
Ketua Panitia Festival Ketan, Adi Sucipto, menjelaskan bahwa acara ini diawali dengan mengarak gunungan hasil bumi dan seribu tumpeng ketan keliling desa sebelum akhirnya ditempatkan di Balai Desa Darungan sebagai titik akhir arak-arakan.
"Sebagai bentuk syukur kita, selain itu juga mempertahankan branding Desa sebagai penghasil utama ketan di Lumajang." ungkapnya.
Menurutnya, selain sebagai wujud syukur, kegiatan ini juga bertujuan untuk mempererat tali persaudaraan dan menjaga tradisi nenek moyang yang telah berlangsung secara turun-temurun.
Festival Ketan yang digelar di Desa Darungan, Lumajang, menjadi simbol kerukunan dan rasa syukur warga atas berkah yang diterima.
Tradisi ini tidak hanya menjadi ajang untuk memperebutkan hasil bumi dan olahan ketan, tetapi juga memperkuat ikatan sosial antarwarga serta melestarikan kearifan lokal. (Yongki Nugroho/Selvina Apriyanti)
Editor : Iwan Iwe