SURABAYA - Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Provinsi Jawa Timur terus berupaya merealisasikan ekonomi hijau di Jatim. Salah satunya mengajak pelaku usaha ikut terlibat dalam praktik bisnis rendah karbon.
Hal itu disampaikan Adik Dwi Putranto, Kepala Kadin Jatim dalam Forum Dialog dan Lokakarya Interaktif bertajuk Mendorong Aksi Nyata Bisnis Menuju Transisi Rendah Karbon di Jawa Timur di Whiz Luxe Hotel Spazio, Surabaya, Selasa (25/92/2025).
Dalam forum yang digelar Kadin Net Zero Hub bersama Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD), Adik Dwi Putranto, menegaskan bahwa transisi menuju ekonomi hijau bukan sekadar pilihan, melainkan sebuah keniscayaan. Ia menyebut
“Kami berkomitmen agar transformasi ini tidak berhenti pada wacana, tetapi benar-benar terimplementasi di lapangan. Program GESIT merupakan salah satu langkah konkret Kadin Jatim dalam menyiapkan sumber daya manusia menghadapi era transisi hijau," ujarnya.
Adik mencontohkan pengalaman sebuah perusahaan manufaktur kayu di Jawa Timur. Meski produknya berkualitas, pasar Eropa menolak karena tidak memiliki sertifikasi hijau.
"Akhirnya, perusahaan tersebut berinvestasi dalam energi terbarukan dan menerapkan konsep circular economy. Hasilnya, mereka bukan hanya mempertahankan pasar, tetapi juga mendapatkan kontrak baru dengan nilai yang lebih tinggi. Kisah ini menjadi bukti nyata bahwa transisi rendah karbon bukan sekadar tren, melainkan kebutuhan bisnis agar tetap relevan dan kompetitif,” paparnya.
Menurutnya, pelaku usaha Jawa Timur harus berani mengambil langkah serupa agar tidak tertinggal dari pasar global yang semakin ketat menuntut keberlanjutan.
Meski begitu, Adik mengakui tantangan yang dihadapi tidak kecil. Terutama bagi UMKM, keterbatasan modal, teknologi, dan kapasitas SDM menjadi hambatan utama. Namun, ia mengingatkan agar para pelaku usaha tidak hanya terpaku pada tantangan, sebab di baliknya terdapat peluang besar.
Peluang itu antara lain berupa akses ke pasar global untuk produk ramah lingkungan, insentif dari pemerintah, investasi hijau, pendanaan berkelanjutan, hingga penciptaan lapangan kerja baru di sektor energi terbarukan.
“Kadin Jatim tidak akan membiarkan pelaku usaha berjalan sendiri. Kami memperkuat kolaborasi pentahelix dengan pemerintah, akademisi, komunitas, dan media,” jelasnya.
Komitmen tersebut juga ditegaskan melalui tiga langkah utama.
"Pertama, mendorong transformasi bisnis hijau lewat edukasi, forum dialog, dan lokakarya. Kedua, menyediakan ruang kolaborasi untuk memudahkan akses pada pengetahuan, teknologi, dan pendanaan hijau. Ketiga, mengawal kebijakan transisi energi dan pembangunan berkelanjutan agar selaras dengan agenda nasional menuju net zero emission," jelasnya.
Forum dialog ini pun menegaskan pentingnya aksi kolektif dunia usaha Jawa Timur. Tidak cukup hanya memahami konsep dekarbonisasi, tetapi perusahaan dituntut menyusun rencana aksi terukur. Dengan begitu, pertumbuhan ekonomi hijau yang inklusif dan berkelanjutan dapat terwujud, sekaligus memperkuat posisi Jawa Timur sebagai pionir ekonomi rendah karbon di Indonesia.
“Perjalanan seribu mil dimulai dengan satu langkah kecil. Forum ini adalah langkah kecil itu, yang akan menentukan masa depan Jawa Timur yang lebih hijau, lebih sehat, dan lebih sejahtera bagi generasi mendatang," pungkas Adik.
Sementara itu, Chairman Kadin Net Zero Hub, Anthony Utomo, menekankan urgensi keterlibatan aktif dunia usaha.
“Pengurangan emisi bukan sekadar kebutuhan teknis, tetapi langkah strategis agar perusahaan mampu bertahan, tumbuh, dan tetap selaras dengan regulasi serta tuntutan global,” ujar Anthoni.
Menurut Anthony, forum ini diharapkan menjadi momentum bagi pelaku usaha Jawa Timur untuk tampil sebagai garda terdepan dalam praktik bisnis berdaya saing rendah karbon.
Jawa Timur yang menyumbang hampir 15% PDB nasional memiliki peran penting dalam agenda transisi rendah karbon. Sebagai pusat manufaktur, perdagangan, dan ekspor, provinsi ini dinilai strategis untuk mempercepat pencapaian target iklim nasional yang berorientasi pada net zero emission.
Dukungan dari pemerintah daerah turut disampaikan oleh Ari Basuki yang mewakili Kepala Bappeda Jawa Timur. Ia menegaskan bahwa pemerintah berkomitmen mendukung industrialisasi kompetitif sekaligus ramah lingkungan melalui penguatan SDM, pengembangan insentif, dan promosi industri hijau.
“Forum ini bukan sekadar pertemuan, tetapi langkah nyata menuju transformasi industri rendah karbon, inklusif, dan berkelanjutan,” ujarnya.
Dalam sesi panel, para narasumber membedah strategi teknis menuju dekarbonisasi. Aloysius Wiratmo dari IBCSD memaparkan strategi implementasi dekarbonisasi di sektor industri, sementara Hendri Yulius Wijaya, konsultan ESG, menjelaskan metode identifikasi dan inventarisasi emisi GRK sebagai dasar strategi keberlanjutan perusahaan.
Pengalaman lapangan juga dibagikan Muhammad Reza, analis riset Net Zero dari WRI Indonesia. Ia menuturkan bagaimana sejumlah perusahaan di Tanah Air berhasil melewati proses transformasi menuju bisnis rendah emisi, meski awalnya menghadapi berbagai keterbatasan. Cerita ini menjadi inspirasi bahwa perubahan bukan hal mustahil jika didukung komitmen kuat. (*)
Editor : M Fakhrurrozi