KOTA MALANG - Indonesia masih berada dalam bayang-bayang krisis kesehatan yang serius: Tuberkulosis (TBC). Data terbaru dari Global TB Report 2024 menempatkan Indonesia sebagai negara dengan kasus TBC tertinggi kedua di dunia, hanya di bawah India. Setiap tahun, diperkirakan 1.090.000 orang terinfeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis, dengan 125.000 kematian, angka yang setara dengan 14 jiwa melayang setiap jamnya.
Fakta mengerikan ini memaksa pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) No. 67 Tahun 2021 tentang Penanggulangan Tuberkulosis, sebagai upaya serius untuk memperkuat penanganan penyakit yang telah menjadi beban kesehatan masyarakat global ini. Namun, regulasi saja tidak cukup. Dibutuhkan aksi nyata di lapangan untuk benar-benar mengendalikan penyebaran TBC.
Menyambut Hari Bakti Dokter Indonesia ke-117, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Malang Raya menggelar rangkaian kegiatan besar-besaran sebagai bentuk kontribusi nyata dalam memerangi TBC. Acara yang digelar di Gedung Baru IDI Malang Raya, Jalan Kyai Parseh Jaya, Kedungkandang, Kota Malang, ini melibatkan dokter-dokter spesialis dan umum, Puskesmas, Asosiasi Dokter Khitan Indonesia (ASDOKI), serta dukungan dari berbagai sponsor.
Baca Juga : Manfaatkan Libur Sekolah Gelar Khitan Gratis
Dr. Sasmojo Widito, Sp.JP(K), FIHA, FAsCC, FAPSIC, FSCAI, Ketua IDI Malang Raya, menegaskan bahwa TBC masih menjadi tantangan besar bagi dunia kesehatan Indonesia.
"TBC bukan sekadar penyakit, melainkan masalah kompleks yang memerlukan pendekatan holistik. Kami tidak bisa bekerja sendiri. Diperlukan kolaborasi lintas sektor, mulai dari pemerintah, tenaga kesehatan, hingga masyarakat untuk memutus mata rantai penularan," tegasnya usai membuka acara.
Lebih lanjut, dr. Sasmojo menjelaskan bahwa kegiatan ini dirancang untuk mengidentifikasi akar permasalahan TBC di masyarakat sekaligus memberikan solusi langsung.
"Kami memiliki dokter-dokter dengan kompetensi tinggi di bidangnya. Namun, kami juga membutuhkan sinergi dengan berbagai pihak sesuai tugas dan fungsi masing-masing. Hanya dengan cara inilah kita bisa mengelola masalah TBC secara efektif," tambahnya.
Di tempat yang sama, dr. Yuli Rahmawati, dokter yang khusus menangani penyakit TBC, memaparkan secara rinci tanda-tanda infeksi TBC yang sering dianggap sepele oleh masyarakat, seperti : Batuk Kronis, Batuk yang berlangsung lebih dari dua minggu, meskipun tidak disertai darah.
"Banyak pasien mengira batuknya hanya karena alergi atau flu biasa. Padahal, jika batuknya hilang-timbul atau tak kunjung sembuh, itu bisa jadi tanda TBC,"* jelas dr. Yuli.
Kehilangan berat badan tanpa sebab jelas, sering diiringi dengan nafsu makan yang menurun, Berkeringat berlebihan di malam hari meski suhu ruangan normal, serta Demam Ringan dan Kelelahan Berkepanjangan.
"Yang paling berbahaya adalah ketika seseorang sudah terinfeksi tetapi tidak menunjukkan gejala berat. Mereka tetap bisa menularkan bakteri TBC melalui percikan dahak saat batuk atau bersin. Karena itu, skrining rutin sangat penting, terutama bagi kelompok berisiko seperti orang dengan daya tahan tubuh rendah, perokok, atau mereka yang tinggal di lingkungan padat penduduk,"* paparnya.
Dengan kegiatan ini masyarakat Malang Raya semakin paham dan waspada terhadap TBC. Jika ada gejala, segera periksakan diri. Jangan tunggu sampai parah," pesan dr. Yuli di akhir sesi.
Selain penyuluhan, acara hari bakti dokter indonesia ke-117 ini juga menyediakan berbagai layanan kesehatan gratis, seperti, pemeriksaan gula darah, pengecekan kolesterol, pengukuran tekanan darah dan konsultasi kesehatan umum.
Tak kalah menarik, panitia juga mengadakan khitan massal.
dr. Zainal Ulum, Ketua Panitia Kegiatan, menyatakan bahwa ini adalah bentuk bakti nyata pengabdian dokter di malang raya untuk masyarakat.
Kami ingin mendekatkan layanan kesehatan berkualitas kepada masyarakat, terutama yang kurang mampu. Semua layanan ini diberikan oleh dokter-dokter anggota IDI Malang Raya, baik spesialis maupun umum, tanpa biaya sepeser pun," ungkapnya.
Kegiatan ini diharapkan tidak hanya sekadar aksi simbolis, melainkan menjadi pemicu kesadaran kolektif akan bahaya TBC. Pencegahan, deteksi dini, dan pengobatan tepat waktu adalah kunci untuk mengurangi beban penyakit ini di Indonesia. (Lee)
Editor : JTV Malang