Indonesia, dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada, menghadapi krisis sampah plastik yang serius. Sebagai negara penghasil sampah plastik terbanyak kedua yang mencemari lautan setelah Tiongkok, Indonesia membuang lebih dari 620.000 ton plastik ke laut setiap tahun, menurut data Ocean Conservancy dan McKinsey. Kondisi ini mengancam lingkungan, ekosistem, serta kesehatan manusia.
Setiap harinya, masyarakat Indonesia menghasilkan jutaan ton sampah plastik, sebagian besar dari penggunaan barang sekali pakai seperti kantong plastik, botol, dan kemasan produk. Sebagian besar sampah ini tidak terkelola dengan baik, menyebabkan pencemaran di daratan dan lautan. Plastik yang sulit terurai secara hayati menumpuk, mencemari lingkungan dan ekosistem.
Sampah plastik yang mencemari lautan berdampak buruk pada ekosistem laut. Plastik yang terurai menjadi mikroplastik diserap oleh spesies laut, seperti ikan dan penyu, dan akhirnya masuk ke rantai makanan manusia. Mikroplastik ini membawa risiko kesehatan yang serius, termasuk gangguan hormon dan penyakit kronis akibat paparan bahan kimia berbahaya seperti bisphenol-A.
Dampak Lingkungan dan Ekonomi
Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Indonesia menghasilkan sekitar 65 juta ton sampah per tahun, dengan 15%-nya berupa plastik. Sampah ini mencemari sungai, pantai, dan laut, mengancam lebih dari 100 spesies laut di perairan Indonesia. Selain dampak lingkungan, krisis ini juga memengaruhi ekonomi, khususnya sektor pariwisata bahari. Sampah plastik di destinasi wisata seperti Bali dan Lombok menurunkan daya tarik dan menyebabkan kerugian ekonomi hingga Rp 1 triliun per tahun.
Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2017 untuk mengurangi sampah plastik sebesar 30% pada 2025. Namun, pelaksanaan kebijakan ini menghadapi tantangan besar, termasuk kurangnya infrastruktur pengelolaan sampah di daerah terpencil dan rendahnya kesadaran masyarakat. Lebih dari 80% plastik yang digunakan di Indonesia berasal dari produk sekali pakai, yang masih sulit untuk didaur ulang.
Solusi dan Pendekatan Holistik
Penyelesaian masalah ini memerlukan pendekatan terpadu yang melibatkan pemerintah, industri, dan masyarakat:
1. Kebijakan Pajak Plastik
Pemerintah dapat menerapkan pajak pada produk plastik sekali pakai untuk mengurangi konsumsi.
2. Inovasi Industri
Perusahaan perlu beralih ke bioplastik atau material alternatif yang ramah lingkungan.
3. Edukasi Masyarakat
Gerakan sosial seperti Zero Waste Indonesia dapat menginspirasi masyarakat untuk mengurangi penggunaan plastik melalui gaya hidup lebih sadar lingkungan.
4. Pengembangan Infrastruktur
Investasi pada sistem pengelolaan sampah yang lebih baik, termasuk di daerah terpencil, sangat penting.
Kesimpulan
Krisis sampah plastik di Indonesia adalah ancaman serius terhadap lingkungan, ekonomi, dan kesehatan manusia. Kerja sama antara pemerintah, industri, dan masyarakat diperlukan untuk mengatasi permasalahan ini. Langkah-langkah kecil, seperti mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, jika dilakukan secara kolektif, dapat memberikan dampak besar bagi masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan. (*)