Ketika saya menginjaki kaki di Singapura dan mengunjungi RS Elizabeth dan RS Gleabeagles, saya sempat terkejut kenapa semua pasien mereka dari Indonesia. Begitu juga saat saya visit ke RS Advantis di Penang, Malaysia. Pasien mereka banyak dari Indonesia, rata-rata dari Medan dan sekitarnya. Bagaikan rombongan kontigen kesebelasan. Ramai amat. Mengapa bisa begitu?
Jawabannya karena mereka datang berobat sambil melancong di Malaysia. Pantas! Sehari ada 7 penerbangan dari Medan-Penang yang jaraknya cuma 20 menit penerbangan di atas awan, Saya mulai terpacu untuk berpikir dan introspeksi diri kenapa dan bagaimana pula orang Indonesia mau berobat ke LN. Padahal banyak dokter ahli ada di Indonesia dan peralatan kita juga tak kalah dengan luar negeri.
Baca Juga : 5 Manfaat Teh Chamomile bagi Tubuh, Redakan Nyeri Haid hingga Bantu Redakan Stres
Izinkanlah saya mencoba menggali dalam kenapa mereka mau berobat ke LN. Saya berhasil mendapat beberapa pendapat pasien. Saya sudah dapat beberapa titik poin penting untuk kita rembuk bersama. Pendapat ini bukan pendapat pribadi tapi berasal dari rangkuman beberapa hal yang saya tanya kepada pasien yang sedang berobat ke LN
1. Masalah Pelayanan
Baca Juga : Peran Kunyit dalam Kesehatan
Di tanah air umumnya, penderita gawat darurat yang meminta tolong dilayani dengan segera selalu terjadi suatu kehambatan. Salah satu kendala adalah dokter spesialis tidak ditempat padahal pasien butuh tindakang tertentu. Ini seperti apa yang diceritakan Pak Hakim pada saya, saat terserang stroke, dia langsung carter pesawat ke Singapura. Setiba di airport, dokter dan perawat sudah menunggu. Imigrasi juga memberi fasilitas ekstra untuk pelayanan dan tidak ber tele-tele seperti di Indonesia.
Baca Juga : Puluhan Warga Nganjuk Keracunan Usai Santap Makanan Hajatan, 31 Orang Dirawat
Di sini, kita butuh hingga satu hari agar dokter mau melayani kita. Namun di Singapura, hanya beberapa menit, dokter sudah datang melayani. Hal yang dialami Pak Ferry yang tenggorokannya hampir dilubangi karena penyakitnya saat berobat di Indonesia. Setelah ke Singapura, tenggorokannya tak perlu dilubangi karena dokter hanya membuang batu empedu cukup dibuang empedunya.
2. Diagnosa Penyakit
Baca Juga : Sering Dianggap Sama, Ini Perbedaan Toner dan Micellar Water yang Wajib Kamu Tahu
Seperti yang dialami istri temanku, Bu Nancy, di Indonesia, dia divonis oleh dokter jantung harus pasang 4 biji ring karena calcium score tinggi. Setelah berobat ke Penang, dia tak perlu pasang ring karena penyempitan pembuluh darahnya masih sedikit .
Baca Juga : Resep Infused Water Kaya Manfaat yang Bisa Kamu Buat di Rumah
Hal yang sama diungkapkan Pak Jumarto saat penyakit vertigonya didiagnosa oleh dokter THT karena Sindroma Meinere dan minum obat steroid gula jadi tinggi. Setelah berobat ke Singapura, karena kurangnya supply oksigen ke otak sehingga mudah timbul vertigo. Steroid distop, seminggu gulanya normal dan tak ada vertigo lagi. Hanya lifestyle-nya saja diubah
3. Keuangan
Masalah keuangan itu relatif. Sehat itu kaya, maka janganlah kita sakit dan tergantung pada fasilitas VIP, kelas biasa serta obat paten or generik. Hal yang diceritakan Pak Ferry kepada saya adalah sewaktu dia sakit carpall tunner sindroma di Jakarta, dia membutukan uang sekitar Rp300 juta plus minus. Tapi dia lari ke Gleneangles Singapura hanya di bawah Rp 200 juta dan cukup tinggal 1 malam di rumah sakit
4. Sesuatu yang Dibesar-Besarkan
Orang bisulan di Indonesia disuruh rawat inap dan diinfus kadang seminggu pulang. Kalau di LN langsung ketemu dokter dan langsung boleh pulang. Kita hanya hanya disuruh minum. Teman saya saat pasang kateter atau ring jantung kalau di Indonesia disuruh menginap selama seminggu lebih. Di luar negeri, pagi kerjakan kateter atau pasang ring sore hari boleh pulang. Dan biayanya sekitar Rp18 juta, sementara di Indonesia hampir Rp 50 juta
5. Alat Penunjang Diagnostik
Seperti yang diceritakan Pak Robby saat di hari Minggu saat terkena Stroke dan masuk ke rumah sakit swasta di Surabaya. Dia minta CT Scan otak dengan biaya ekstra 30 persen dari biasanya. Tapi hasil yang dikeluarkan di hari Senin sore bukan Minggu sore.
Lalu waktu dia ke Pathway Laboratory di Singapura, saat ingin foto CT Scan tulang belakang dan waktu itu pasien membludak dan mendapat nomor antrian, pukul 14.00 sore masuk ke mesin, hasil foto Scan selesai pukul 17.00 dengan pembacaan selesai tak perlu minta tambah biaya.
Cerita wak tua Pak Nyoman mengebu-gebu bahwa sewaktu dia lemas di hari Minggu ke sebuah RS Swasta di Surabaya.Dia diminta dokter saraf MRI otak harus bayar cepat fee ekstra 35 persen. Di Indonedia, untuk MRI otak ternyata hasil baru selesai besok sorenya. Di Singapura, dia diminta MRI tulang punggung hanya 2jam hasil selesai tanpa membayar uang ekstra lagi dengan 14 buah film.
6. Waktu Visit
Kalau di Inonesia, kita menunggu dokter visit dengan waktu yang tak pasti, kadang pagi, sore, atau malam. Sedangkan di LN, pukul 14.00 sudah selesai visit kecuali ada hal lain. Dan waktu konsultasi dokter, di Indonesia jam 11.00-14.00 tapi dokter sering datang di atas pukul 14.00, sementara pasien dibiarkan menunggu lama.
7. Obat Segudang
Masalah obat yang dimakan saat kita nginap di rumah sakit bisa diatas 20 macam. Dari 3 dokter yang merawat kita, dokter Diabetes 6 macam. Dokter Hipertensi dan Jantung bisa 8 macam, dan Dokter Ginjal bisa 5 macam. Kadang dokter Diabetes sudah beri lipitor, oleh dokter jantung dikasih crestor dan dokter ginjal kasih atrovastatin 20mg yang notabene ketiga macam obat itu sama fungsinya. Kalau di LN, ada obat yang sama selalu satu macam. Obat melalui pintu satu dokter bukan seperti di Indonesia, 3 dokter dan obatnya bermacam-macam.
8. Mengambil Alih
Di Indonesia sering terjadi hal demikian semisal pasien Herman dirawat dr. Agus, sebelahnya dirawat oleh Prof Aziz, oleh Aziz bilang sama Pak Herman bahwa dr. Agus adalah murid Prof Aziz. Besoknya Pak Herman berpindah tangan ke Prof. Aziz. Olala...
9. Target Farmasi
Dokter Indonesia kadang sudah ada ikatan dengan farmasi maka sering diresepnya ada 2-3 macam obat dari satu jenis pabrik farmasi. Kadang susah cari obat dan harus ditembus ke apotek tertentu baru ada dengan kode tulisan sendiri. Ini dikatakan Bu Aminah
10. Dokter Konsultan Segerobak
Untuk pasien di Indonesia rata rata berobat di konsul ke 3-4 orang dokter dalam sesuatu penyakit. Dan seolah-olah dibuat tim kecil khusus yang menangani seperti seorang sakit diabetes yang dikonsul ke dokter jantung, dokter saraf dokter ginjal bahkan dokter lambung. Padahal cukup dengan dokter jantung merawatnya. Semakin banyak dokter yang merawat pasien, biaya semakin tinggi dan obat semakin banyak.
11. Tidak Ada Perbedaan Status
Pengobatan di Indonesia biasanya disesuaikan karena ada BPJS dan Umum. Kalau di BPJS, sering kali dikasih obat asal-asalan dan kurang diperhatikan. Sedangkan di luar semua sama dan tidak ada perbedaan status
12. Wisata Kesehatan
Orang suka berobat ke LN di samping berobat, mereka bisa melancong dan shopping belanja barang-barang keperluan. Di Indonesia tak ada yang bisa sambil refreshing otak dan kuliner.
Demikian sekilas info tentang sepak terjang dokter dan pasien yang dirawat di Indonesia yang mempunyai ciri khas penuh warna dibandingkan berobat ke LN. (*)