Menu
Pencarian

Ukir Kayu Karya Komunitas Difabel Kabupaten Kediri Dipesan Menteri Pariwisata

JTV Kediri - Selasa, 4 Februari 2025 11:00
Ukir Kayu Karya Komunitas Difabel Kabupaten Kediri Dipesan Menteri Pariwisata
Mohammad Sugianto menunjukkan papan nama yang dipesan Menteri Pariwisata RI Widiyanti Putri. ( Foto: M. Zainurofi )

KEDIRI - Seni ukir kayu tidak hanya menjadi wadah kreativitas, tetapi juga sumber penghidupan bagi banyak seniman, termasuk mereka yang memiliki keterbatasan fisik. Salah satunya adalah Mohammad Sugianto, seorang seniman ukir kayu asal Desa Peh Kulon, Kecamatan Papar, Kabupaten Kediri. Karyanya yang memukau telah menarik perhatian banyak kalangan, mulai dari masyarakat umum hingga pejabat tinggi, termasuk Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, serta Menteri Pariwisata saat ini, Widiyanti Putri.

Mohammad Sugianto, yang akrab disapa Mohak, membuktikan bahwa keterbatasan fisik bukanlah halangan untuk berkarya. Pria berusia 44 tahun ini memulai perjalanannya sebagai seniman ukir kayu pada tahun 2008 setelah mengikuti pelatihan memahat kayu di Solo. Pelatihan tersebut diisi oleh dosen dari Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, yang menjadi titik awal Mohak menekuni seni ukir kayu.

Setelah pelatihan, Mohak tidak langsung membuka usaha sendiri. Ia lebih sering berkumpul dengan sesama difabel untuk bertukar ide dan pengalaman. Kemudian, ia bekerja di sebuah sanggar ukir di Nganjuk selama satu tahun. Disana, kemampuan Mohak diakui oleh pemilik sanggar yang menyatakan bahwa ia sudah layak membuka usaha sendiri.

Kini, Mohak telah memiliki usaha ukir kayu sendiri dan menerima berbagai pesanan, mulai dari ornamen kecil hingga papan nama. Karyanya yang detail dan indah membuatnya mendapatkan banyak orderan, termasuk dari mantan Bupati Kediri, Haryanti Sutrisno, yang memesan ukiran untuk rumah dinasnya. Tak hanya itu, karyanya juga dipesan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, serta Menteri Pariwisata saat ini, Widiyanti Putri.

Baca Juga :   Tes Urine Sopir Angkutan Umum di Terminal Pare, Semua Negatif Narkoba

"Saya bersyukur bisa berkarya dan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Ini membuktikan bahwa difabel juga bisa sukses jika diberi kesempatan," ujar Mohak.

Untuk satu papan nama, Mohak membanderol harga mulai dari Rp1.500.000, tergantung bahan dan motif ukirannya. Sementara untuk ornamen kecil, harganya mulai dari Rp200.000. Proses pengerjaan ukiran membutuhkan waktu sekitar tiga minggu, tergantung tingkat kesulitan dan detail motif.

Kisah Mohak menjadi inspirasi bagi banyak orang, terutama difabel, untuk terus berkarya dan tidak menyerah pada keterbatasan. Melalui seni ukir kayu, ia tidak hanya menghasilkan karya bernilai tinggi, tetapi juga membuktikan bahwa passion dan ketekunan bisa membawa kesuksesan. (Muhammad Zainurofi)

Editor : JTV Kediri






Berita Lain



Berlangganan Newsletter

Berlangganan untuk mendapatkan berita-berita menarik dari PortalJTV.Com.

    Cek di folder inbox atau folder spam. Berhenti berlangganan kapan saja.