SURABAYA - Mahasiswa program studi Seni Rupa Murni Universitas Negeri Surabaya (UNESA) angkatan 2023, sukses menciptakan karya seni untuk pameran Sengkuni 6 di Gedung T3 FBS UNESA.
Terdapat pameran seni Sengkuni 6 yang bertema ‘Transisi’ diselenggarakan pada 14–17 November 2024.
Untuk berpartisipasi dalam pameran ini, terdapat sekelompok mahasiswa yang berinisiatif untuk menciptakan karya seni Memento Mori, sebuah karya seni yang menghadirkan transisi kelahiran hingga kematian.
Karya seni ini diciptakan oleh delapan mahasiswa, di antaranya Ahmad Muqtafi, Rizki Oqta Putra Levy, Eko Waksito, Aril Wahyu Pratama, Ilham Maulana Putra, Dwi Satria Putra, Ananda Khoiriyah Azara, dan Milenia fardani.
Baca Juga : Sengkuni 6: Pameran Seni Internasional Menyajikan Transisi Seniman dalam Karyanya
Ide karya ini diperoleh dari masing-masing mahasiswa yang mendapatkan konsep untuk menggambarkan transisi kelahiran dan kematian.
Proses pembuatan karya ini, dimulai dari ide awal yang telah tercetus, lalu membuat konsep visual berdasarkan gabungan ide dari kedelapan mahasiswa tersebut. Proses ini menghabiskan waktu selama 2 minggu.
Kemudian, para seniman muda ini mempresentasikannya kepada kurator untuk menyesuaikan konsep, tema pameran, dan pemilihan tempat yang sesuai.
Baca Juga : Sengkuni 6: Pameran Seni Kolaborasi Seniman Lokal dan Internasional Sukses Digelar di UNESA
Selanjutnya, mereka membagi tugas untuk membuat beberapa konsep dengan visual yang dapat disiapkan terlebih dahulu, seperti properti bayi, kertas, dan gantungan benang. Proses ini menghabiskan waktu selama 4 hari.
Tepat tiga hari sebelum pameran Sengkuni 6 digelar, seniman muda ini mempersiapkan beberapa bahan visual lain, seperti batu, tanah, dan tumbuhan, sekaligus menatanya sesuai tempat yang telah ditentukan, yaitu di Lantai 3 Gedung T3 FBS UNESA.
Baca Juga : Lukisan Arsip Maha Data Karya Doddy Hernanto, Pameran Seni yang Menyimpan Kode Unik di Surabaya
Karya yang dinamakan Memento Mori ini menghadirkan lima bentuk kuburan dengan ukuran yang beragam, menyimbolkan bahwa kematian dapat menimpa siapa saja, tanpa memandang usia.
Ahmad Muqtafi, salah satu seniman yang terlibat dalam pembuatan karya ini, menjelaskan bahwa Memento Mori merupakan sebuah pengingat akan kematian.
"Makna dari karya ini, tua bisa mati, remaja bisa mati, bahkan bayi yang baru lahir juga bisa mati," ujar Ahmad Muqtafi, di Surabaya, Minggu (17/11/2024).
Lebih lanjut, Ahmad Muqtafi menjelaskan makna di balik elemen-elemen lain dalam karyanya. Di tengah-tengah kuburan, terdapat lima ukuran tumbuhan yang berbeda.
Hal tersebut melambangkan proses transisi kehidupan manusia, mulai dari janin, remaja, dewasa, hingga tua, sebelum akhirnya berakhir pada kematian.
Sementara itu, tulisan-tulisan di kertas dan di batu yang terdapat dalam Memento Mori ini adalah ungkapan bentuk rasa traumatis yang dialami manusia.
Memasuki ruang karya Memento Mori, para pengunjung diajak untuk menyemprot tanaman dengan air yang telah disediakan dan menuliskan rasa traumatisnya dalam berproses di kehidupan.
Ahmad Muqtafi juga menjelaskan, analogi menyemprot tanaman ini berarti menjaga agar tanaman itu tetap hidup dengan mengirimkan air. Hal ini merupakan salah satu proses dalam kehidupan.
“Dengan menyemprot tanaman dan menuliskan rasa traumatis, bermakna bahwa kita harus menghargai setiap proses yang kita jalani dalam hidup. Kita ingin menunjukkan pentingnya mewajarkan rasa traumatis. Biar kita tidak terbelenggu dengan rasa traumatis itu,” jelasnya
Editor : Khasan Rochmad