SINGAPURA - Di tengah lanskap modern kawasan Maxwell Road, terdapat sebuah bangunan ikonik yang dikenal luas sebagai Singapore City Gallery—sebuah ruang publik yang menyajikan lebih dari sekadar tampilan kota. Galeri ini menjadi cermin bagaimana Singapura membentuk identitasnya melalui proses panjang, perencanaan matang, dan visi urban yang tak pernah bersifat kebetulan.
Sejak resmi dibuka pada Januari 1999 dan dikelola langsung oleh Urban Redevelopment Authority (URA), Singapore City Gallery telah menerima ribuan pengunjung dari berbagai latar belakang: warga lokal, pelajar, wisatawan, hingga perencana kota dari mancanegara. Galeri ini bertempat di URA Centre, 45 Maxwell Road, dan dapat diakses secara gratis setiap Senin hingga Sabtu, pukul 09.00 hingga 17.00.
Salah satu daya tarik utamanya adalah Central Area Model—sebuah miniatur raksasa pusat kota Singapura yang berukuran 11 x 10 meter, dibuat dengan skala 1:400. Dibangun menggunakan kayu balsa dan akrilik, model ini bukan sekadar pajangan visual, melainkan juga digunakan oleh pemerintah sebagai alat komunikasi strategis dalam dialog perencanaan, baik kepada publik maupun investor.
Dari sudut pandang galeri lantai atas, pengunjung dapat menyapu pandangan ke replika kawasan seperti Marina Bay, Chinatown, dan Civic District dalam satu tampilan utuh. Skala dan detailnya memungkinkan orang awam sekalipun memahami relasi spasial antarkawasan dalam konteks kota yang hidup dan dinamis.
Galeri ini menghadirkan lebih dari 50 pameran interaktif dan audiovisual. Pengunjung dapat menelusuri evolusi sistem perumahan publik (HDB), eksplorasi konsep transportasi multimoda, pengelolaan ruang terbuka hijau, hingga strategi kota menghadapi perubahan iklim.
Selain itu, tersedia simulasi perencanaan kota yang memungkinkan pengunjung merancang sendiri letak gedung, taman, dan jalan, lalu melihat secara real-time dampaknya terhadap kenyamanan, efisiensi, dan aliran udara kota.
Fakta menarik lainnya adalah bahwa sebagian besar elemen dalam galeri ini—mulai dari data demografi, kebijakan transportasi, hingga perubahan iklim—didasarkan pada rencana tata ruang nasional jangka panjang Singapura yang diperbarui secara berkala oleh URA. Dalam konteks ini, Singapore City Gallery juga menjadi ruang pelatihan informal bagi pengambil kebijakan dan profesional perencana tata kota dari kawasan Asia.
Yang menjadikan galeri ini berbeda bukan hanya pendekatannya yang modern, tetapi juga filosofi humanistik yang menyertainya. Narasi yang dibangun tidak berhenti pada kemegahan pembangunan fisik, melainkan menekankan bagaimana ruang memengaruhi keadilan spasial, aksesibilitas, dan identitas warga kota. Galeri ini tidak bicara kota sebagai benda mati, tapi sebagai organisme sosial.
Di tengah gempuran urbanisasi cepat di berbagai belahan dunia, Singapore City Gallery berdiri sebagai pengingat bahwa kota ideal bukan tentang bangunan tertinggi atau pusat belanja terbesar. Kota ideal adalah ruang yang dirancang secara sadar dan inklusif, mempertimbangkan keseimbangan antara ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Dengan akses yang mudah, pendekatan edukatif, dan kurasi yang menyentuh sisi manusiawi kota, Singapore City Gallery menjadi lebih dari sekadar tempat pamer. Tempat ini adalah ruang publik yang menghidupkan gagasan bahwa masa depan kota bisa dibentuk, jika direncanakan dengan cermat sejak hari ini. (Ermiko Effendi)
Editor : A. Ramadhan