PASURUAN - Sebanyak 125 pemanah mengikuti jemparingan atau panahan tradisional yang digelar oleh Persatuan Panahan Tradisiona Indonesia (Perpatri) Kabupaten Pasuruan. Menariknya, kegiatan digelar di atas aliran Sungai Dam Pleret 1904, Desa Pleret, Kecamatan Pohjentrek.
Jemparingan diikuti oleh peserta dari 13 kota di Indonesia mulai dari Jawa Timur, Bali, dan Jawa Tengah. Uniknya, para peserta jemparingan dengan mengenakan kain batik dan jarik ala mataram.
Berbeda dengan panahan modern yang setiap pesertanya berdiri, jemparingan ini para peserta harus duduk bersimpu. Selain itu, busur dan anak panahnya pun terbuat dari bambu petung. Meski begitu, peserta merasa tertarik dengan perlombaan ini karena perlombaannya yang unik dan belum pernah jumpai di Indonesia lantaran digelar di atas sungai.
Khoiron, Ketua Perpatri Kabupaten Pasuruan, mengatakan, jemparingan ini digelar sebagai kampanye konservasi sungai untuk melestarikan olahraga panahan tradisional atau yang disebutnya Jemparingan On The Lepen.
“Kita juga bertujuan untuk konservasi alam dan budaya, budaya yang kami tarik adalah budaya jemparingan karena jemparingan merupakan bagian daripada eduwisata di Dam Pleret 1904 ini,” Khoiron.
Sementara itu, Agung Wiwitya, salah satu peserta dari Bali, mengaku senang mengikuti lomba yang baru pertama kali diikutinya ini.
”Luar biasa untuk pertama kalinya saya mencoba di atas air, sebelumnya latihannya seperti biasa di atas tanah, ini di air, pengalaman yang luar biasa sekali tapi happy aja,” katanya.
Para peserta Jemparingan berharap Koni mendukung event lomba tradisional ini agar bisa lebih dikenal hingga ke tingkat nasional dan bahkan dunia. (Abdul Majid)
Editor : M Fakhrurrozi