PONOROGO - Krisis air bersih yang terjadi di beberapa daerah di Jawa Timur membuat warga terpaksa mencari air di tepi sungai. Seperti yang dilakukan warga Desa Sidoarjo, Kecamatan Pulung, Ponorogo.
Bahkan, untuk mendapatkan air bersih, warga terpaksa berjalan kaki menyusuri perbukitan. Hal ini dilakukan karena lokasi air resapan terletak di tepi sungai.
Ironinya air yang didapatkan jauh dari kata layak dan higienis. Padahal, air tersebut digunakan untuk kebutuhan sehari-hari seperti memasak dan minum. Namun, warga yang berjumlah 17 Kepala Keluarga atau 41 jiwa ini tak punya pilihan.
Menurut warga, krisis air bersih yang dialami oleh mereka sudah terjadi lebih dari 3 bulan lamanya. Mereka harus mencari air dengan berjalan kaki di sumber air yang sudah mulai mengering.
Baca Juga : Hilang Sehari, Seorang Pria Ditemukan Tewas di Dalam Sumur
Dalam sehari, warga bisa datang ke sumber air sebanyak 4 kali demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bahkan, mereka harus mengantri dan ada juga yang tidak kebagian air.
“Buat minum, buat masak, buat mandi, cuma ada ini mau beli gak ada uang. Air mengalirnya cuma hari senin sampai jumat, sabtu minggu mati,” ujar Sumarmi salah satu warga kepada portaljtv.com, Minggu (24/9/2023)
Kepala Pelaksana BPBD Ponorogo, Masun menyampaikan, dari data BPBD Ponorogo saat ini sudah terdapat 3 kecamatan yang sudah mengajukan droping air bersih yakni Kecamatan Pulung, Kecamatan Slahung dan Kecamatan Balong.
Baca Juga : Pengungsi Korban Tanah Gerak di Ponorogo Terima Bantuan Beras
BPBD memprediksi jika kemarau terus terjadi hingga bulan Oktober mendatang maka sedikitnya ada 40 dusun yang tersebar di 18 kecamatan akan terancam krisis air bersih.
“Peta rawan kita ada sekitar 41 titik tapi tidak semua 41 titik itu tahun ini menjadi rawan, contohnya di Suren itu tahun 2016 kekeringan, tahun ini sudah ada Pamsimas jadi tidak masuk di peta rawan, kita ada sekitar 40 titik lah.” ungkap Masun.
Selain melakukan droping air bersih menggunakan 2 truk tangki, BPBD juga berencana akan melakukan kajian demi mengantisipasi terjadinya krisis air bersih setiap musim kemarau. (Ega Patria)
Editor : M Fakhrurrozi