Masa kampanye Pilkada 2024 sudah berjalan sejak 25 September 2024. Berbagai strategi dilakukan oleh para calon untuk menarik simpati masyarakat.
Salah satu yang sering dilakukan adalah dengan blusukan ke pasar. Blusukan ke pasar dianggap strategi yang efektif untuk mendapatkan banyak suara.
Dengan blusukan ke pasar, para calon dapat mendekatkan diri dengan masyarakat dari berbagai kalangan. Namun, apakah blusukan ke pasar merupakan wujud kepedulian nyata atau hanya sekadar pencitraan?
Pasar bukan hanya tempat untuk bertransaksi namun juga pusat interaksi sosial. Ketika ada calon yang datang dan berinteraksi dengan pedagang maupun pembeli, mereka diharapkan dapat mendengarkan aspirasi masyarakat dan memahami keluh kesah warga secara dekat. Kesan “merakyat” menjadi nilai positif bagi para calon.
Baca Juga : Blusukan Pasar Tanjung Jember, Cabup Fawait Janjikan Perubahan Nasib Pedagang
Kendati demikian, masih banyak pihak yang mempertanyakan aksi blusukan ini. Tidak sedikit calon yang melakukan blusukan dan mendengar keluhan masyarakat.
Namun saat terpilih, aspirasi dari masyarakat malah tidak terealisasi. Banyak pihak yang merasa bahwa aksi blusukan hanya sebagai pencitraan untuk menaikkan popularitas.
Aksi blusukan dapat menjadi momen yang penuh harapan bagi masyarakat. Para pedagang biasanya berharap perhatian lebih dari pemerintah terkait fasilitas pasar, stabilitas harga, hingga program bantuan ekonomi.
Namun, pengalaman di masa lalu membuat sebagian warga tetap skeptis karena masih banyak yang belum merasakan adanya perubahan.
Blusukan dapat menjadi langkah awal yang baik, namun harus disertai dengan komitmen. Jika blusukan hanya untuk meraih simpati tanpa ada aksi nyata untuk perubahan, maka kepercayaan masyarakat dapat semakin pudar.
Masyarakat membutuhkan tindak lanjut yang nyata, agar momen blusukan dapat bermakna. Namun, masyarakat juga harus lebih kritis dan dapat menilai sejauh mana janji dari para calon dapat terealisasikan. Masyarakat tidak boleh hanya termakan oleh janji manis belaka tanpa adanya aksi nyata.
Momen blusukan seperti dua sisi mata uang, bisa menjadi simbol kepedulian atau justru sekadar pencitraan. Di momen pilkada Jatim kali ini, masyarakat diharapkan untuk lebih cerdas dalam memilih pasangan calon pemimpin daerah. Masyarakat harus pandai menilai mana yang sungguh-sungguh dan mana yang hanya sekadar janji palsu.
*) Evril Stefie, mahasiswi yang suka makan tengah malam dan dengerin playlist Whisnu Santika. Ingin menjadi diplomat biar berkontribusi untuk Indonesia.
**) Penulis adalah salah satu peserta magang JTV Digital periode September-Desember 2024.
Editor : A.M Azany