Pendidikan seharusnya menjadi tempat yang mendukung perkembangan anak secara fisik, emosional, dan intelektual. Namun, kenyataannya sering kali lebih kompleks dan memprihatinkan. Contoh terbaru yang mengejutkan publik Indonesia adalah kasus siswa SMA Kristen Gloria 2 Surabaya yang dipaksa bersujud dan menggonggong oleh seorang pengusaha bernama Ivan Sugiamto.
Kasus ini, yang viral di media sosial, memicu kemarahan publik dan menyoroti masalah serius terkait kekerasan dalam pendidikan serta penyalahgunaan kekuasaan. Tindakan tersebut termasuk dalam kategori kekerasan psikologis dan emosional. Memaksa seorang siswa melakukan tindakan merendahkan seperti ini tidak hanya menghancurkan harga diri, tetapi juga berpotensi menimbulkan trauma jangka panjang yang mengancam kesehatan mental korban.
Kekerasan semacam ini mencerminkan adanya dinamika kekuasaan yang tidak sehat di lingkungan pendidikan. Dalam banyak kasus, pelaku menggunakan posisinya sebagai pihak berwenang untuk melakukan tindakan yang dianggap sebagai bentuk disiplin, tetapi sejatinya melanggar hak anak.
Dampak Kekerasan dan Pentingnya Perubahan Budaya Pendidikan
Dampak kekerasan dalam pendidikan tidak bisa diremehkan. Siswa yang mengalami kekerasan, baik fisik maupun psikologis, sering kali kehilangan rasa percaya diri, mengalami depresi, atau bahkan mengembangkan gangguan kecemasan. Selain itu, kekerasan semacam ini merusak hubungan antara siswa dan institusi pendidikan, membuat siswa merasa tidak aman dan kehilangan kepercayaan terhadap sistem pendidikan.
Kasus ini juga menunjukkan pentingnya peran institusi pendidikan dalam menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung. Sekolah harus menghapus budaya kekerasan dengan memberikan pelatihan kepada tenaga pendidik tentang cara mendidik yang penuh empati dan menghormati hak siswa. Sistem pengawasan yang ketat serta mekanisme pengaduan yang aman juga perlu diterapkan agar siswa merasa terlindungi.
Penegakan Hukum untuk Mencegah Kekerasan
Selain peran institusi pendidikan, masyarakat juga harus meningkatkan kesadaran akan pentingnya perlindungan terhadap hak anak. Kasus ini menuntut penegakan hukum yang tegas terhadap pelaku kekerasan untuk memberikan efek jera. Hukuman yang jelas dan tegas adalah pesan bahwa kekerasan dalam bentuk apa pun tidak bisa ditoleransi.
Kasus siswa Gloria adalah pengingat keras bahwa sistem pendidikan harus berbenah. Pendidikan yang manusiawi dan penuh kasih sayang harus menjadi prioritas untuk menciptakan lingkungan yang sehat bagi perkembangan anak. Dengan kesadaran, kebijakan yang lebih baik, dan penegakan hukum yang tegas, kekerasan dalam pendidikan dapat diminimalkan demi masa depan generasi muda Indonesia. (*)