BLITAR - Kabupaten Blitar menyimpan kekayaan sejarah dari era kerajaan kuno, salah satunya adalah Situs Arca Warak yang terletak di tengah permukiman warga Desa Modangan, Kecamatan Nglegok. Situs yang diduga berasal dari masa Kerajaan Singasari ini masih terpelihara dengan baik, meskipun tahun pendiriannya belum diketahui secara pasti.
Akses menuju situs ini berada di antara rumah-rumah penduduk. Di lokasi tersebut, terdapat beberapa arca dan batu-batu candi yang kondisi nya tercerai berai dan tidak tertata rapi. Setidaknya ada tiga arca yang dapat diidentifikasi, yaitu sebuah Arca Gajah Mina dan dua arca berbentuk raksasa atau dwarapala.
Berdasarkan laporan Belanda pada tahun 1903, dua arca dwarapala tersebut memiliki tinggi 2 meter dan 2,5 meter. Salah satu arca tersusun dari tiga bagian yang terpisah.
Selain arca, di situs ini juga terdapat kolam dengan sumber mata air yang cukup besar. Masyarakat setempat memanfaatkannya dengan membuat pancuran untuk keperluan mandi, mencuci baju, bahkan untuk kebutuhan air sehari-hari saat musim kemarau. Selebihnya, air dialirkan ke sawah-sawah sekitar.
Baca Juga : Ekskavasi Tondowongso Diperdalam, Upaya Perlindungan Cagar Budaya Kabupaten Kediri
Nama "Warak" atau badak disematkan pada situs ini karena adanya satu patung yang disangka warga sebagai arca badak.
Menurut Ahmad Zulianto, Juru Pelihara Situs Arca Warak, situs ini merupakan peninggalan masa klasik Hindu-Buddha.
Sementara itu, Argo Edi Susetio, Penggiat Budaya Leluhur, menyatakan bahwa jika diamati secara seksama, Situs Arca Warak diduga digunakan sebagai tempat patirtan, yaitu bangunan kuno yang berfungsi sebagai pemandian suci. Hal ini dilihat dari lokasinya yang dekat dengan sungai dan adanya sumber mata air tepat di depan situs. (Moch. Asrofi)
Editor : JTV Kediri



















